Jumat, 08 November 2019

KARAKTERISTIK BANDAR UDARA SISI DARAT

Bandar udara dibawah kementerian

Direktorat Jenderal Perhubungan Udara (bahasa InggrisDirectorate General of Civil Aviation (DGCA)) adalah unsur pelaksana sebagian tugas dan fungsi Kementerian Perhubungan Indonesia, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Perhubungan[1]. Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dipimpin oleh Direktur Jenderal[1]. Direktorat Jendral Perhubungan Udara mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang perhubungan udara[1]. Direktorat Jendral Perhubungan Udara menangani administrasi dan penataan penerbangan sipil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia
·         Sejarah
Penerbangan Indonesia dari masa ke masa
Tahun 1913: Penerbangan Pertama di Indonesia Pada tanggal 19 Februari 1913 seorang penerbang asal Belanda bernama J.W.E.R Hilger berhasil menerbangkan sebuah pesawat jenis Fokker dalam kegiatan pameran yang berlangsung di Surabaya. Penerbangan tersebut tercatat sebagai penerbangan pertama di Hindia Belanda (sekarang Indonesia) meskipun berakhir dengan terjadinya kecelakaan namun tidak menewaskan penerbangnya.

1924: Penerbangan pertama dari Belanda ke Jakarta

Dengan adanya prospek yang baik bagi penerbangan sipil maupun militer di Indonesia, maka pada tanggal 1 Oktober 1924 sebuah pesawat jenis Fokker F-7 milik maskapai penerbangan Belanda mencoba melakukan penerbangan dari Bandara Schiphol Amsterdam ke Batavia (sekarang Jakarta). Penerbangan yang penuh petualangan tersebut membutuhkan waktu selama 55 hari dengan berhenti di 19 kota untuk dapat sampai di Batavia dan berhasil mendarat di lapangan terbang Cililitan yang sekarang dikenal dengan Bandar Udara Halim Perdanakusuma.

 

1928: Rintisan Rute Penerbangan di Indonesia

Pada tanggal 1 November 1928 di Belanda telah berdiri sebuah perusahaan patungan KNILM (Koninklijke Nederlandsch Indische Luchtvaart Maatschappij) yang terbentuk atas kerjasama Deli Maatschappij, Nederlandsch Handel Maatschappij, KLM, Pemerintah Hindia Belanda dan perusahaan-perusahaan dagang lainnya yang mempunyai kepentingan di Indonesia. Dengan mengoperasikan pesawat jenis Fokker-F7/3B, KNILM membuka rute penerbangan tetap Batavia-Bandung sekali seminggu dan selanjutnya membuka rute Batavia-Surabaya dengan transit di Semarang sekali setiap hari. Setelah perusahaan ini mampu mengoperasikan pesawat udara yang lebih besar seperti Fokker-F 12 dan DC-3 Dakota, rute penerbangan pun bertambah yaitu Batavia-Palembang-Pekanbaru-Medan bahkan sampai ke Singapura seminggu sekali.

1929: Awal mula penerbangan berjadwal di Indonesia

Dengan suksesnya penerbangan pertama Belanda ke Jakarta, masih diperlukan lima tahun lagi untuk dapat memulai penerbangan berjadwal. Penerbangan tersebut dilakukan oleh perusahaan penerbangan KLM (Koninklijke Luchtvaart Maatschappij) menggunakan pesawat Fokker F-78 bermesin tiga yang dipakai untuk mengangkut kantong surat. Kemudian pada tahun 1931 jenis pesawat yang dipakai diganti dengan jenis Fokker-12 dan Fokker-18 yang dilengkapi dengan kursi agar dapat mengangkut penumpang.

 1949: Asal nama Garuda Indonesia Airways

Pada tanggal 25 Desember 1949, Dr. Konijnenburg, mewakili KLM menghadap dan melapor kepada Presiden Soekarno di Yogyakarta bahwa KLM Interinsulair Bedrijf akan diserahkan kepada pemerintah sesuai dengan hasil Konferensi Meja Bundar (KMB) dan meminta presiden memberi nama bagi perusahaan tersebut karena pesawat yang akan membawanya dari Yogyakarta ke Jakarta nanti akan dicat sesuai nama itu.
Menanggapi hal tersebut, Presiden Soekarno menjawab dengan mengutip satu baris dari sebuah sajak bahasa Belanda gubahan pujangga terkenal, Raden Mas Noto Soeroto pada zaman kolonial, "Ik ben Garuda, Vishnoe's vogel, die zijn vleugels uitslaat hoog boven uw eilanden" ("Aku adalah Garuda, burung milik Wisnu yang membentangkan sayapnya menjulang tinggi diatas kepulauanmu"). Pada tanggal 28 Desember 1949, terjadi penerbangan bersejarah pesawat DC-3 dengan registrasi PK-DPD milik KLM Interinsulair yang membawa Presiden Soekarno dari Yogyakarta ke Kemayoran, Jakarta untuk pelantikan sebagai Presiden Republik Indonesia Serikat (RIS) dengan logo dan nama baru, Garuda Indonesia Airways, pemberian Presiden Soekarno kepada perusahaan penerbangan pertama ini.

Tahun 1952: Pembentukan Djawatan Penerbangan Sipil

Pada tahun 1952 pemerintah membentuk “Djawatan Penerbangan Sipil” yang saat itu bertanggungjawab kepada Kementerian Perhubungan Udara, tugas dan tanggung jawabnya adalah menangani administrasi pemerintahan, pengusahaan dan pembangunan bidang perhubungan udara, Djawatan Penerbangan Sipil ini merupakan cikal bakal Direktorat Jenderal Perhubungan Udara saat ini.

Tahun 1963: Direktorat Penerbangan Sipil

Pada tahun 1963 Djawatan Penerbangan sipil diubah nama menjadi Direktorat Penerbangan Sipil seiring dengan perkembangan dunia usaha penerbangan.

Tahun 1969: Direktorat Jenderal Perhubungan Udara

Untuk mendorong perkembangan dunia usaha penerbangan yang semakin baik pada pemerintahan Orde Baru telah membentuk Direktorat Jenderal Perhubungan Udara pada tahun 1969 guna menyesuaikan kebutuhan dan pemanfaatannya sebagai pengganti dan penyempurnaan Direktorat Penerbangan Sipil dengan struktur organisasi terdiri dari Sekretariat Direktorat Jenderal, Direktorat Angkutan Udara Sipil, Direktorat Keselamatan Penerbangan dan Direktorat Fasilitas Penerbangan.
Pada tahun 1974 struktur organisasi Direktorat Jenderal Perhubungan Udara disempurnakan menjadi Sekretariat Direktorat Jenderal, Direktorat Lalu Lintas dan Angkutan Udara, Direktorat Keselamatan Penerbangan, Direktorat Pelabuhan Udara dan Direktorat Telekomunikasi Navigasi Udara & Listrik.
Penerbangan Indonesia terus berkembang bukan hanya bidang lalu lintas dan angkutan udara saja namun sudah mulai dengan perkembangan industri pembuatan pesawat terbang sehingga diantisipasi dengan pembentukan direktorat khusus yang menangani kelaikan udara berstandar internasional, pemerintah mengeluarkan KM 58 Tahun 1991 mengenai penyesuaian struktur organisasi Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, strukturnya terdiri dari Sekretariat Direktorat Jenderal, Direktorat Angkutan Udara, Direktorat Keselamatan Penerbangan, Direktorat Teknik Bandar Udara, Direktorat Fasilitas Elektronika dan Listrik dan Direktorat Sertifikasi Kelaikan Udara.

1978: Sentra Operasi Keselamatan Penerbangan (SENOPEN)


Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan nomor KM 50/OT/Phb-78, tentang Susunan organisasi dan tata kerja pelabuhan udara dan Sentra Operasi Keselamatan Penerbangan (SENOPEN), terbentuk kantor SENOPEN di MedanPekanbaruPalembangSurabayaDenpasarMakassar dan Biak. Fungsi unit kerja kantor SENOPEN adalah pemberian pelayanan navigasi penerbangan.

Struktur Organisasi

Kementerian Perhubungan Indonesia


o    Sekretariat Direktorat Jendral Perhubungan Udara

§  Direktorat Angkutan Udara

§  Direktorat Bandar Udara

§  Direktorat Keamanan Penerbangan

§  Direktorat Navigasi Penerbangan

§  Direktorat Kelaikan dan Pengoperasian Pesawat Udara

§  Otoritas Bandar Udara

§  Balai-Balai

§  Unit Pelaksana Teknis

1.    Bandar udara Adi Sumarmo

Hasil gambar untuk bandar udara adi sumarmo 



IATA / ICAO : ABU / WATA
Kategori    : Internasional Airport, Embarkasi Haji
Kelas         : Kelas II A
Pengelola   : PT. Angkasa Pura I
Alamat      : Jl. Bandara Adisumarmo – Surakarta, PO. Box 800, Solo, 57108. Kec       Ngemplak. Kab Boyolali. 


                 
                Bandara Adi Sumarmo terletak di kota Solo, Jawa Tengah, yang mempunyai luas sekitar 56 hektar. Nama bandara ini diambil dari nama perintis TNI AU, Adi Soemarmo, yang gugur pada tahun 1947.


Bandara ini dulu bernama Pangkalan Udara (Lanud) Panasan, karena terletak di kawasan Panasan. Bandara ini dulu bernama Pangkalan Udara (Lanud) Panasan yang dibangun pertama kali pada tahun 1940 oleh Pemerintah Belanda sebagai lapangan terbang darurat.
Ketika bala tentara Jepang masuk ke Indonesia bandara tersebut sempat dihancurkan oleh Belanda namun dibangun lagi oleh Pemerintah Jepang sejak pada tahun 1942 sebagai basis militer penerbangan angkatan laut (Kaigun Bokusha).
Setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia penyelenggaraan bandara dilaksanakan oleh “Penerbangan Surakarta” yang diresmikan pada tanggal 6 Februari 1946.
Pada tanggal 1 Mei 1946, Penerbangan Surakarta sejak berubah menjadi “Pangkalan Udara Panasan” yang hanya diperuntukkan penerbangan militer.
Pangkalan udara tersebut pertama kali digunakan secara resmi untuk penerbangan komersial pada tanggal 23 April 1974 yang dilayani oleh Garuda Indonesia dengan rute Jakarta-Kemayoran-Solo & Solo-Jakarta-Kemayoran dengan frekuensi 3-kali seminggu.
Pada tanggal 25 Juli 1977, “Pangkalan Udara Panasan” berubah nama menjadi “Pangkalan Udara Utama Adi Sumarmo” yang diambil dari nama Adisumarmo Wiryokusumo (adik dari Agustinus Adisucipto).
Pada tanggal 31 Maret 1989, Bandara ini ditetapkan menjadi Bandara Internasional dengan melayani penerbangan rute Solo-Kuala Lumpur & Solo-Singapore.
Pada tanggal 1 Januari 1992, Bandara Adi Sumarmo dikelola oleh Perusahaan Umum Angkasa Pura I yang pada tanggal 1 Januari 1993 berubah status menjadi Persero Terbatas Angkasa Pura I sampai dengan sekarang.

Data bandara

·         Jarak dari Surakarta: 14 kilometer
·         Koordinat: 07°30´58"S, 110°45´25"E
·         Ketinggian: 12m8 meter
·         Jumlah terminal: 3 Terminal penumpang, 2 terminal kargo, 11 tempat parkir pesawat
Data Lapangan
·         Runway 1: Heading 08R/26L, 4,000 m (13.123 ft), 68/F/C/X/T, ILS, Lighting: PAPI
·         Fire Category VIII, Rescue and fire fighting
·         Navigational Aids: VOR-DME, NDB
·         Airfield Restrictions: Wide body ACFT 180 turn at the end of Runway
·         Runway 2: Heading 08L/26R, 3,000 m (9,843 ft), 68/F/C/X/T, ILS, Lighting: PAPI
·         Fire Category XIII, Rescue and fire fighting
·         Navigational Aids: VOR-DME, NDB
·         Airfield Restrictions: Wide body ACFT 180 turn at the end of Runway
Transportasi
·         Bus
Bus
Tujuan
Tarif
Damri
Terminal Tirtonadi
Rp20.000,00
Koridor 1 (Bandara - Palur)
Rp20.000,00
·         Taksi Bandara
·         Kereta Bandara


AdiSumarmoInterior.jpg
Informasi
JenisPublik / Militer
PemilikPemerintah Indonesia
PengelolaPT Angkasa Pura I
MelayaniKota Surakarta dan sekitarnya (kabupaten SukoharjoKaranganyarSragenWonogiri)
LokasiKabupaten BoyolaliJawa TengahIndonesia
Maskapai penghubung
Ketinggian dpl419 kaki / 128 m
Koordinat07°30′58″S 110°45′25″E
Situs webhttp://adisoemarmo.ap1.co.id/
Landasan pacu
ArahPanjangPermukaan
kakim
08/268.5302.600Aspal
Statistik (2017)
Penumpang3,225,335
Pergerakan Pesawat23,977
Kargo5,566,433



22 A.A Bere Tallo/ Atambua


Bandar Udara A. A. Bere Tallo NEW GATE.jpg



IATA / ICAO : ABU / WATA

Kategori      : Domestik Airport

Kelas           : Kelas III

Pengelola    : Unit Penyelenggara Bandar Udara

Alamat         : Jl. Adi Sucipto, Haliwen Atambua , Kel. Manumutin, Kec. Atambua Kota,                                Kab. Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT), 85712

Bandar Udara A. A. Bere Tallo Atambua sudah ada sejak jaman kolonialisme Jepang, yaitu sekitar tahun 1940-an. Namun Bandara tersebut masih berlandas rumput dengan ukurannya 800×23 meter. Pada tahun 1972 diperbaiki  panjangnya menjadi 900×23 meter dengan perkerasan batu.

Tahun 1974 landing pertama  pesawat Merpati dan 1979 diikuti dengan pendaratan pesawat dari maskapai DAS dan MAF. Perkembangannya dari tahun ke tahun bandara udara ini terus dibenahi hingga saat ini panjangnya  mencapai 1200×30 meter
Landasan Bandar udara A. A. Bere Tallo mulai tahun 2011 diperpanjang 200 meter dari kondisi sebelumnya 1200×30 meter  menjadi 1400×30 meter. Dan tahun 2012 ditambah lagi 200 meter dari 1400×30 meter menjadi 1.600 meter, dengan total dana sebesar Rp 8.5 miliar, bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2011/2012. Lebar  landasan bandar udara A.A.Bere Tallo tetap 30 meter, meskipun idealnya telah mencapai panjang 1.400 meter atau 1.600 meter, maka lebarnya seharusnya 45 meter.
Pesawat yang beroperasi di Bandar Udara A.A.Bere Tallo adalah Merpati jenis KS.212 berkapasitas 20 seat (sudah tidak aktif lagi), Susi Air berkapasitas 12 seat, dan Wings Air. Pemerintah daerah mengharapkan kedepan bisa dapat melayani pesawat besar dengan kapasitas 60 seat ke atas. Jadwal penerbangan bandara ini yaknu Wings Air 2 kali sehari tujuan Kupang pada pukul 10:00 dan 12:00 WITA dengan tarif yang bersahabat, yakni Rp300.000 per penerbangan.
Bandar A.A.Bere Tallo pun  kini telah dilengkapi dengan fasilitas kecanggihan komputer peralatan navigasi untuk dapat mencatat dan merekam setiap penerbangan pesawat  dari Kupang - Atambua dan sebaliknya. Adapun lampu landasan di areal Bandar Udara A.A.Bere Tallo. Bandar Udara A.A.Bere Tallo meski kelihatannya kecil tetapi indah dan cantik. Misinya, yakni menciptakan pelayanan publik serta utamakan keselamatan dan tidak boleh ada kecelakaan penerbangan

Bandar Udara A. A. Bere Tallo

Bandar Udara Haliwen
Bandar Udara A. A. Bere Tallo NEW GATE.jpg
Gerbang Utama Bandar Udara A. A. Bere Tallo
·         IATA: ABU
·         ICAO: WATA
Informasi
Jenis
sipil
Pemilik/Pengelola
Melayani
Lokasi
Dibuka
Ketinggian dpl
1,043.29 kaki / 318 m

3.     Bandar Udara Abdul Rachman Saleh 
Hasil gambar untuk karakteristik bandara abdurrahman saleh
IATA / ICAO : ABU / WATA
Kategori      : Domestik Airport
Kelas           : Kelas III
Pengelola    : Unit Penyelenggara Bandar Udara
Alamat         : Jl. Adi Sucipto, Haliwen Atambua , Kel. Manumutin, Kec. Atambua Kota,                                Kab. Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT), 85712

Bandar Udara Abdul Rachman Saleh (IATAMLGICAOWARA, sebelumnya WIAS) adalah bandar udara yang terletak di PakisKabupaten MalangJawa Timur, atau 17 km arah timur dari pusat Kota Malang. Bandara Abdulrahman Saleh merupakan tempat pesawat Hercules C-130 dan Super Tucano sebagai pengganti OV-10 Bronco yang telah di musiumkan. Selain itu Wing 2 Korps Pasukan Khas juga bermarkas di sini.
Bandara Abdulrahman Saleh memiliki dua landasan pacu yang pertama untuk pesawat-pesawat kecil seperti Hercules C-130 dengan panjang 1.500 m, dan yang kedua untuk jenis pesawat besar seperti Boeing 737 dengan panjang 2.300 m. Pemerintah provinsi Jawa Timur melalui Dishub dan LLAJ mengusulkan kepada Kementerian Perhubungan agar menambah panjang landasan pacu 700 meter lagi. “Dengan penambahan itu nantinya panjang landasan pacu di Bandara Abd. Saleh Malang menjadi 3.000 meter dan juga dobel landasan pacunya.” Dengan demikian, Bandara Abdulrachman Saleh sangat berpotensi menjadi Bandara Internasional, sehingga pihak Kepala Dinas Perhubungan dan LLAJ Pemprov Jatim mengusulkan Kemenhub agar menambah panjang landasan pacu.[3]
Nama bandara ini diambil dari salah satu pahlawan nasional Indonesia: Abdulrahman Saleh, dan sebelum bernama Bandara Abdulrahman Saleh, bandara ini bernama Lapangan Terbang Bugis.

·         Sejarah
Pangkalan udara (Lanud) Bugis yang kini dikenal dengan nama Lanud Abdulrachman Saleh dibangun oleh pemerintahan Belanda pada era 1937-1940 bersamaan dengan pembangunan pangkalan-pangkalan udara lain seperti Lanud Maospati (kini Pangkalan Udara Iswahyudi) di Madiun, Lanud Panasan (Bandar Udara Internasional Adi Sumarmo) di Solo, dan Lanud Maguwo (Bandar Udara Internasional Adisutjipto) di Jogjakarta. Lanud Abdulrachman Saleh berada di lembah Bromo dan dikelilingi oleh beberapa gunung yaitu Gunung Semeru (3.676m) di sebelah timur, Gunung Arjuno (3.339m) di sebelah utara, dan Gunung Kawi (2.551m) dan Gunung Panderman (2.045m) di sebelah barat. Pangkalan Udara Abdulrachman saleh terletak di Kecamatan Pakis Kabupaten Malang, atau 17 kilometer sebelah timur dari pusat Kota Malang, secara letak astronomis berada pada posisi 07.55 LS dan 112.42 BT.
Posisi Pangkalan Udara Abdulrahman Saleh begitu aman karena dikelilingi oleh benteng alam dan berada di kaki gunung, ini menyebabkan Pangkalan Udara Abdulrachman Saleh tidak tampak begitu jelas di udara sehingga jika ada pesawat musuh melewati jalur udara di atasnya Pangkalan Udara ini akan tertutup oleh kabut. Ini merupakan posisi yang sangat strategis untuk pertahanan militer tersebut yang juga dijadikan alasan Belanda memilih Kecamatan PakisKabupaten Malang untuk menjadi salah satu daerah pertahanan udaranya. Pemerintah Belanda pada waktu itu sengaja membuat landasan pacu cukup panjang, sehingga dapat dipergunakan untuk landing dan take off pesawat–pesawat berjenis lebar seperti pesawat bomberGlynmartinFokker, dan Jagers.
Pada 17 Agustus 1952, atas pengorbanan dan jasa-jasa Prof. Dr. Abdulrachman Saleh dalam usahanya mengembangkan AURI dan memperjuangkan bangsa Indonesia, Kepala Staf Angkatan Udara yang menjabat saat itu yaitu Komodor Udara Soerjadi Soerjadarma dengan dikeluarkannya surat Penetapan Kepala Staf Angkatan Udara Nomor 76/48/Pon.2/KS/52 yang berisi perubahan nama-nama Pangkalan Udara tipe A salah satunya adalah perubahan Pangkalan Udara Bugis menjadi Pangkalan Udara Abdulrachman Saleh.
Setelah enam tahun sejak 25 Mei 2005 menggunakan terminal di dalam base ops Lanud Abdul Rachman Saleh, pada tanggal 30 Desember 2011 penerbangan sipil di Abdul Rachman Saleh menggunakan bandar udara yang terpisah dari base ops Lanud Abdulrahman Saleh. Bandar udara ini dibangun dengan biaya mencapai Rp 139 miliar. Seperti diketahui, penerbangan sipil di bandara ini mulai dibuka sejak 1 April 1994 oleh Merpati Nusantara Airlines dengan menggunakan pesawat Fokker F28. Karena sering mengalami keterlambatan (tidak sesuai jadwal) mulai kurun waktu tahun 1996-1997 mengalami penurunan load factor sampai 14,54 %. Pada tanggal 16 Juni 1997, PT Merpati Nusantara Airlines secara resmi menghentikan kegiatan penerbangannya.
·           Maskapai Penerbangan
Untuk penerbangan sipil melayani rute Malang-Jakarta dilayani oleh maskapai Sriwijaya AirGaruda IndonesiaBatik Air, dan Citilink Indonesia .[5] Sedangkan untuk rute Malang-Denpasar dilayani oleh Wings Air, anak perusahaan dari Lion Air menggunakan pesawat Avions de Trasnport Regional, yaitu ATR 72 seri 500.[6] Selain itu rute Malang-Balikpapan yang dilayani oleh Kal Star Aviation. Sebelumnya Bandara Abdulrahman Saleh pada tahun 2007 sampai dengan 2008 pernah melayani tiga rute penerbangan sekaligus yaitu Malang-JakartaMalang-Balikpapan-TarakanMalang-MakassarMalang-BandungMalang-BanyuwangiMalang-YogyakartaMalang-Lombok dan Malang-Denpasar. “Bandara Abd. Saleh merupakan bandara yang unik karena merupakan satu-satunya bandara yang dikelola pemprov setempat, sedangkan bandara lainnya dikelola PT Angkasa Pura.
Maskapai
Tujuan

·         Usulan agar menjadi Bandar Udara Internasional
Wali kota MalangMochamad Anton mengusulkan kepada Presiden Joko Widodo pada 24 Mei 2017, ketika Presiden berkunjung ke Kota Malang, agar Bandara Abdul Rachman Saleh dinaikkan statusnya menjadi bandara internasional.[8] Hal ini dikarenakan menurut sang wali kota, daerah Malang memiliki bayak objek wisata menarik, terutama yang menjadi tren, yaitu Gunung Bromo dan Gunung Semeru.[8] Hal ini disambut baik oleh Jokowi sehingga ia berjanji akan memerintahkan Kementerian Perhubungan (Kemhub) untuk berkomunikasi dengan TNI AU.[9]
Impian ini sukar dicapai. Hal ini dikarenakan bagi pihak TNI AU, Bandara Abdul Rachman Saleh sulit sekali menjadi bandara internasional.[10] Secara rinci ketidakmungkinan ini dikarenakan oleh dikelilinginya bandara oleh berbagai gunung berapi dan letak bandara yang terletak pada kompleks vital TNI AU.[10] Oleh karena itu, wacana pembangunan Bandar Udara Internasional Purboyo di Desa SrigoncoKecamatan Bantur yang terletak di bagian selatan Malang.[11] Usulan ini telah disetujui oleh Kemhub,[12] namun pada akhirnya, bandara ini batal dibangun.
·         Transportasi Darat
Taxi
Taksi di Bandara Abdul Rachman Saleh hanya memiliki satu operator, yaitu Taksi Garuda yang merupakan salah satu komponen daei Koperasi TNI AU. Armada taksi ini hanyalah mobil berjenis sedan. Taksi ini tidak menggunakan argo sama sekali, melainkan menggunakan sistem ongkos per daerah
Angkutan Kota ( Angkot)
Karena merupakan bagian dari kompleks TNI AU, Bandara Abdul Rachman Saleh tidak memiliki angkot yang melintas pas di depannya sama sekali.[14] Untuk mendapatkannya, calon penumpang harus berjalan keluar area bandara yang jaraknya 1 sampai 2 kilometer.[14] Jika ingin berjalan kaki, perjalanan keluar area ini akan memakan waktu selama 15 menit.[14] Setelah keluar kompleks, jika ingin menuju Kota Malang, calon penumpang harus mencari angkot jurusan LA.[15] Nanti, penumpang akan tiba di Terminal Arjosari yang sudah merupakan bagian dari Kota Malang
Bandar Udara Abdul Rachman Saleh

Abdul Rachman Saleh Airport


Hasil gambar untuk bandar udara abdul rachman saleh
·         IATA: MLG
·         ICAO: WARA
Informasi
Jenis
Publik / Militer
Pemilik
Melayani
Lokasi
Ketinggian dpl
1.726 kaki / 526 m
Situs web

Panjang
Permukaan
m
kaki
17R/35L
2.500
8.202
17L/35R
1.800
5.905
Source: DAFIF[1][2]

4. Bandar udara APT Pranoto
Hasil gambar untuk karakteristik bandar udara aji pangeran tumenggung pranoto
Bandar Udara Internasional Aji Pangeran Tumenggung Pranoto (IATASRIICAOWALS), adalah sebuah bandar udara di Kota SamarindaKalimantan Timur. Bandara yang berlokasi di kawasan Sungai Siring ini beroperasi pada 24 Mei 2018 dan diresmikan oleh Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak[1] menggantikan bandara sebelumnya, yakni Bandar Udara Temindung yang sudah tidak dapat dikembangkan.[2] Nama bandara ini diambil dari Gubernur Kalimantan Timur yang pertama, APT Pranoto.
Meskipun belum ada bukti dan pengakuan tertulis bahwa bandara ini internasional, namun secara lisan sudah ada kesepakatan antara Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak dengan Kementerian Perhubungan tentang status bandara ini sebagai bandara internasional.
Bandara APT Pranoto sendiri memiliki luas area 13 hektare, terdiri dari sarana berupa gedung administrasi, runway 2.250 kali 45 meter, apron, taxiway 173 kali 23 meter, hanggar luas 36.342,4 meter persegi, gedung ATC serta perumahan karyawan bandara.
Bandar Udara Aji Pangeran Tumenggung Pranoto Samarinda atau Bandara APT. Pranoto, direncanakan untuk menggantikan Bandara Temindung Samarinda yang sudah tidak bisa dikembangkan lagi dengan panjang runway 1040x23 dan ditengah pemukiman warga dan sering tergenang banjir ketika hujan deras melanda. Selain itu Bandara Temindung berada dilokasi padat penduduk sehingga rawan akan bahaya kemanan dan keselamatan penerbangan. Oleh karenanya diperlukan bandara pengganti yang lebih memenuhi standar keamanan dan keselamatan untuk melayani kebutuhan transportasi udara masyarakat samarinda dan sekitarnya pada khususnya dan Kalimantan timur pada umumnya. Selain itu juga diharapkan dengan dibangunnya Bandara APT. Pranoto Samarinda ini akan mempercepat perkembangan dan konsep pemerataan ekonomi di wilayah Kalimantan Timur dengan konsep multiply airport.
Bandara APT. Pranoto Samarinda merupakan Bandar udara yang direncanakan melayani angkutan udara niaga dan non niaga, berjadwal dan tak berjadwal dengan rute penerbangan dalam negeri dan luar negeri. Tipe pesawat yang dilayani terkritis adalah Boeing 737-900ER. Namun untuk tahap awal dioperasikan untuk ATR 72/500 dan sejenisnya. Dengan letak geografis yang memiliki daerah cakupan yang luas yaitu samarinda, tenggarong, bontang, sangata dan kutai kartanegara.
·         Sejarah
Pada tahun 1987, survei untuk mencari lokasi bandara pengganti Temindung mulai dilakukan. Ada empat pilihan lokasi, yakni MakromanLoa BakungPulau Atas, dan Sungai Siring. Pemprov Kaltim yang kala itu dipimpin Gubernur Muhammad Ardans akhirnya menjatuhkan pilihan pada Sungai Siring. Sejumlah persiapan pun mulai dilakukan, mulai dari melengkapi perizinan sampai mengurus pematangan lahan.[5] Pemprov Kaltim bersama Pemerintah Kota Samarinda pada tahun 1992 menyiapkan 300 hektare lahan di Sungai Siring.[6] Pada tahun anggaran 1995/1996 Pemprov Kaltim mengalokasikan dana senilai Rp1,5 miliar untuk pembebasan lahan seluas 300 hektare. Kemudian pada 1996 dilakukan studi analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal), RKL, dan RPL. Dilanjutkan dengan pembuatan rencana induk Bandara Sungai Siring oleh Ditjen Perhubungan Udara.
Proyek ini sempat tersendat akibat sengketa antara Pemkot Samarinda dan kontraktor bandara waktu itu, PT NCR. Kemudian proyek bandara diambil alih oleh Pemprov Kaltim.
Kementerian Perhubungan (Kemenhub) secara resmi menerbitkan Sertifikat Bandar Udara (SBU) pada 15 Mei 2018. SBU nomor 145/SBU-DBU/V/2018 itu ditandatangani langsung oleh Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub Agus Santoso. Dengan ditandatanganinya SBU itu, maka Bandara APT Pranoto resmi dapat melayani penerbangan publik secara domestik. Meskipun sementara Bandara APT Pranoto masih melayani penerbangan layaknya pelayanan penerbangan Bandara Temindung.
Pada 25 Oktober 2018, Bandara APT Pranoto diresmikan oleh Presiden Indonesia Joko Widodo[12] bersama dengan Bandara Maratua di Kabupaten Berau.
Maskapai
Maskapai penerbangan yang akan melayani menurut tujuannya (berserta cargo) disusun sebagai berikut:
Maskapai
Tujuan

Transpor Darat

Bus

Bus DAMRI terkoneksSamarinda ke bandara.

Bandar Udara Internasional Aji Pangeran Tumenggung Pranoto

Aji Pangeran Tumenggung Pranoto International Airport
Aji Pangeran Tumenggung Pranoto International Airport terminal.jpg
·         IATASRI
·         ICAOWALS
·         WMO96607
Informasi
Jenis
Publik
Pemilik
Pengelola
Melayani
Lokasi
Dibuka
24 Mei 2018
Ketinggian dpl
82 kaki / 25 m
Situs web



5.    Bandara Amahai
Hasil gambar untuk karakteristik bandara amahai
Kementerian Perhubungan (Kemenhub) saat ini tengah mengembangkan Bandara Amahai di Kota Masohi, Maluku Tengah, guna meningkatkan potensi ekonomi dan wisata di wilayah tersebut.
Sekertaris Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub Isnis Istiartono mengatakan, Direktorat Jenderal (Ditjen) Perhubungan Udara memberi perhatian khusus dalam membangun dan mengembangkan bandara di wilayah Indonesia bagian timur. Ini lantaran kawasan tersebut memiliki potensi ekonomi dan wisata yang cukup menarik dan perlu dikembangkan.
"Ditjen Hubud menilai perlu memberikan perhatian khusus dalam membangun dan mengembangkan bandara di wilayah Indonesia bagian timur. Kami juga mengharapkan dengan kehadiran bandara, selain untuk mempermudah pergerakan masyarakat setempat juga mampu mengangkat ekonomi dan potensi pariwisata daerah setempat dan sekitarnya," tuturnya dalam pernyataan tertulis, Sabtu (21/9/2019).
Berdasarkan informasi yang diberikan Kemenhub, wilayah Maluku Tengah memiliki potensi ekonomi dan pariwisata yang cukup menarik. Salah satunya Pantai Kuako, Bukit Kirai, dan beberapa spot menyelam yang menyediakan pemandangan eksotik berupa biota laut dan terumbu karang.
Selain itu, Maluku Tengah juga mengunggulkan sektor kelautan dan perikanan dalam potensi ekonomi, yakni investasi dari pengembangan dan pengolahan hasil perikanan dan budidaya mutiara.
Kapasitas Bandara Amahai
Adapun Bandar Udara Amahai saat ini memiliki gedung terminal seluas 290 m2 dengan luas apron 70 m x 45 m, runway sepanjang 1.050 m x 23 m serta taxiway 75 x 15 m, sehingga dapat dilayani pesawat sejenis ATR- 42 dengan kapasitas terbatas.
Saat ini maskapai Susi Air telah beroperasi melayani penerbangan perintis di bandara tersebut dengan rute Ambon-Banda-Amahai Pulang-Pergi (PP) satu kali sepekan.
Sementara itu, Kepala Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara (UPBU) Amahai, Akhmad Romi, mengharapkan bahwa Bandar Udara yang dikelolanya dapat melayani penerbangan komersil.
"Bandar Udara Amahai menargetkan untuk dapat melayani penerbangan komersil, yang saat ini baru melayani penerbangan perintis berjadwal, pengembangan bandara akan terus dilakukan secara bertahap sesuai dengan masterplan," ujar dia.
Rencana pengembangan di Bandar Udara Amahai meliputi gedung terminal penumpang menjadi 1080 m2, runway menjadi 1.200 m x 30 m. "Pengembangan bandara secara bertahap ini merupakan upaya untuk memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat," pungkas Romi.
IATA/ICAO :
AHI / WAPA
Nama Bandara :
Amahai Pulau Seram
Data Umum Bandara :
Nama Bandara
:
AMAHAI
Kode IATA / ICAO
:
AHI / WAPA
Alamat
:

Telepon
:

Fax
:

Kabupaten / Kota - Propinsi
:
Pulau Seram / Masohi - Maluku
Kelas
:
Satker
Koordinat
:
03° 20' 82'' N128° 58' 59'' E
Elevasi
:
30
Azimuth
:
13 – 31
PCN
:
5 FCZU
Dimensi Runway
:
750 m x 23 m
Dimensi Taxiway
:
75 m x 15 m
Dimensi Apron
:
60 m x 40 m
L=0.4%, T=0%
TORA
:

TODA
:

Luas Terminal Penumpang
:
100 m2
Pengelola
:
TNI AU, PEMDA
Jenis Pesawat
:
C-212
Fasilitas  Bantu Pendaratan


Visual
:

Instrument
:

Fasilitas Navigasi
:
NDB (Ident : AMFreq   ;)
Jenis Pelayanan Lalu Lintas Udara
:
Un - Attended & Back - Up
Kategori PK-PPK
:
2

Bandara Amahai
·         IATAAHI
·         ICAOWAPA
Informasi

Jenis
Sipil

Lokasi

UTC+9

{{{coordinates}}}


Panjang
Permukaan
kaki
m
13/31
8.900
2.713

Pemandu lalu lintas Udara
Hasil gambar untuk ATC
Pemandu Lalu Lintas Udara (bahasa InggrisAir Traffic Controller, ATCer) atau Pemandu Lalu Lintas Penerbangan adalah merupakan profesi/bidang pekerjaan yang umumnya berfungsi memberikan layanan pemanduan lalu lintas di udara, terutama terhadap lalu lintas penerbangan pesawat udara, seperti pesawat terbanghelikopter dan lainnya. Pesawat udara harus melalui jalu-jalur penerbangan (airways) yang telah ditentukan dan sama sekali tidak diperkenankan menyimpang dari airways [2][3] kecuali dengan izin (clearance) dari ATC[3], ada alat bantu navigasi di darat dan peralatan navigasi di pesawat yang dapat dijadikan panduan agar pesawat berada pada jalur yang benar [3], ATC mengawasinya antara lain dengan radio komunikasi antara pengawas penerbangan dengan pilot atau penerbang dan dibantu juga dengan menggunakan radar[3], agar proses navigasi pesawat dapat terbantu dari titik keberangkatan hingga tujuan, demikian pula keperluan pengamatan terhadap penerbangan. Peran Pemandu Lalu Lintas Udara merupakan komponen penting dalam pemberian pelayanan lalu lintas penerbangan, pencegahan agar pesawat udara tidak terlalu dekat satu dan lainnya, pencegahan terjadinya tabrakan antar pesawat udara, pencegahan terjadinya tabrakan antar pesawat udara dengan halangan dan rintangan yang ada di sekitarnya selama beroperasi. ATC atau yang disebut dengan Air Traffic Controller juga memiliki peran penting dalam efisiensi serta kelancaran arus lalu lintas penerbangan. ATC adalah rekan kerja terdekat pilot selama di udara, peran ATC sangat besar dalam mencapai tujuan keselamatan penerbangan. ATC membantu pilot dalam mengendalikan keadaan-keadaan darurat, memberikan informasi yang dibutuhkan pilot selama penerbangan seperti informasi cuaca, informasi navigasi penerbangan, dan informasi lalu lintas udara.
Air Traffic Controller adalah salah satu profesi termuda di dunia[4]. Seperti profesi modern lainnya, Air Traffic Controller telah berkembang dari kesederhanaan menuju kompleksitas & teknologi tinggi nan canggih [4]. Profesi ini tidak ditemukan (discovered) atau diciptakan (invented), tapi berevolusi secara bertahap, didorong oleh kebutuhan[4]. Meskipun saat ini peran Air Traffic Controller sangat dibutuhkan, masih banyak orang yang tidak mengenal profesi Air Traffic Controller[4]Air Traffic Controller adalah pekerjaan dengan keterampilan khusus yang memiliki risiko tinggi dan kecepatan pengambilan keputusan ditentukan detik perdetik (by seconds). Most controllers are proud to be an air traffic controller, dan mereka ingin meneriakkan hal itu kepada dunia jika bisa[4].
Semua aktivitas penerbangan di dalam ruang udara terkontrol / Controlled Airspace diharuskan memiliki komunikasi dua arah dengan unit-unit pemanduan lalu lintas penerbangan yang terkait, untuk mendapat otoritasi / clearance dari Air Traffic Controller, yang kemudian Air Traffic Controller akan memberikan informasi, instruksi, kepada pilot atau penerbang sehingga tercapai tujuan keselamatan penerbangan, semua komunikasi itu dilakukan dengan peralatan yang sesuai dan memenuhi standar yang berlaku pada masing-masing negara. Air Traffic Controller juga merupakan salah satu media strategis untuk menjaga kedaulatan suatu wilayah/suatu Negara
Tower maats.jpg
Tower Makassar Air Traffic Services Center
Pekerjaan
Nama
Jenis pekerjaan
Sektor aktivitas
Deskripsi
Kompetensi
·         Hukum Udara (bahasa InggrisAir Law); Petunjuk dan peraturan yang relevan dengan Pemandu lalu lintas udara
·         Peralatan pemanduan lalu lintas udara (bahasa InggrisAir Traffic Control Equipment); Prinsip dasar, penggunaan, dan keterbatasan peralatan yang dugunakan dalam pemanduan lalu lintas udara.
·         Pengetahuan Umum (bahasa InggrisGeneral Knowledge); Prinsip dasar penerbangan, prinsip dasar operasi dan fungsi pesawat udarapowerplants and systems; performa pesawat yang relevan dengan operasi pemanduan lalu lintas udara.
·         Kinerja Manusia (bahasa InggrisHuman Performance); Kinerja Manusia termasuk prinsip-prinsip dasar manajemen keadaan darurat dan manajemen risiko
·         Meteorologi (bahasa InggrisMeteorology); Meteorologi Penerbangan: penggunaan dan apresiasi terhadap dokumentasi dan informasi meteorologi; asal mula dan karateristik dari fenomena cuaca, yang mempengaruhi terhadap operasi dan keselamatan penerbanganaltimeter
·         Navigasi Penerbangan (bahasa InggrisAir Navigation); Prinsip dasar navigasi udara; kaidah, keterbatasan dan akurasi sistem navigasi dan peralatan visual
·         Prosedur Operasi (bahasa InggrisOperational procedures); Pemanduan lalu lintas udara, komunikasi penerbangan, radio telephony and prosedur phraseology (routinenon-routine dan keadaan darurat); metode dokumentasi penerbangan; budaya keselamatan yang terkait dengan penerbangan.
Pendidikan dibutuhkan
200 per tahun (Indonesia) [1]
Pekerjaan terkait

Tempat Bekerja ATC
Pada umumnya Air Traffic Controller melakukan aktivitas pekerjaannya di wilayah terbatas yang ada di suatu bandar udara. Mereka bekerja dibelakang layar radar, di ruang kendali lalu lintas udara dan diatas menara atau tower[6]. Menara ATC biasanya merupakan bangunan tertinggi di lingkungan bandara[6]. Menara ATC bandara besar biasanya beroperasi selama 24 jam. Semakin luas dan besar bandaranya dan semakin panjang landasannya menara ATC yang ada ada pada umumnya akan lebih tinggi[6].
Pemandu lalu lintas udara melaksanakan pekerjaannya pada ruang-ruang operasi atau Menara/Tower pemanduan lalu lintas udara sesuai dengan rating yang dimiliki. Yang melaksanakan pekerjaannya diatas Menara ATC pada umumnya adalah unit Aerodrome Control Tower, agar dapat melihat dengan jelas keadaan Movement AreaManoeuvring Area di bandar udara dan ruang udara disekitarnya.Aerodrome Control Tower adalah suatu unit Air Traffic Control yang dibentuk untuk memberikan pelayanan pengendalian lalu lintas penerbangan kepada lalu lintas penerbangan di lapangan terbang[7]. Unit Aerodrome Control Tower berfungsi memberikan Aerodrome Control Sevice, yang tanggungjawabnya adalah ruang udara Aerodrome Traffic Zone. Pengaturan hanya sebatas jarak pandang Air Traffic Controller di Tower.
Selain di TowerAir Traffic Controller juga ada yang melaksanakan pekerjaannya di ruang kendali lalu lintas udara. Pada umumnya ruangan itu juga masih berada di sekitar Tower. Setelah pesawat berhasil airborne dari suatu lapangan terbang dan akan/telah meninggalkan ruang udara Aerodrome Traffic Zone (ATZ), maka tanggungjawab pemberian pelayanan akan ditranser oleh unit Aerodrome Control Tower (TWR) kepada Approach Control Unit (APP) sampai dengan ketinggian tertentu sebelum ditransfer ke unit selanjutnya yang memberikan pelayanan pada ruang udara yang lebih tinggi lagi. Approach Control Unit (APP) adalah unit yang dibentuk untuk memberikan pelayanan pengendalian lalu lintas penerbangan kepada penerbangan dikendalikan yang datang ke atau berangkat dari satu atau lebih lapangan terbang[8]. Pelayanan yang diberikan oleh Approach Control Unit adalah Approach Control Unit (APP). Dibeberapa lokasi, ada juga unit Aerodrome Control Tower (TWR) yang tergabung menjadi satu kesatuan dengan Approach Control Unit (APP) dan melaksanakan pemanduan dari atas Menara / Tower.Approach Control Unit (APP) bertanggungjawab memberikan pelayanan pada dua jenis ruang udara, yaitu Terminal Control Area (TMA) dan Control Zone (CTR).
Sebelum pesawat yang dipandu akan meninggalkan ruang udara yang dilayani oleh Approach Control Unit (APP), transfer pemanduan akan disampaikan kepada unit selanjutnya yakni Area Control Center (ACC). Unit Area Control Center (ACC) pada umumnya beroperasi di dalam ruangan operasi yang telah dilengkapi oleh berbagai peralatan pelayanan lalu lintas penerbangan yang canggih. Air Traffic Controller yang bekerja pada unit Area Control Center (ACC) pada umumnya adalah yang telah memiliki kompetensi keilmuan dan pengalaman yang tinggi dalam bidang lalu lintas udara. Unit Area Control Center (ACC) bertangggungjawab dalam pemberian Area Control Service dan ruang udara yang menjadi wilayah tanggungjawabnya adalah Control Area (CTA) .



BANDAR UDARA ( SWASTA)
Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menyatakan telah siap melepas pengelolaan 10 bandara kepada badan usaha pelat merah ataupun swasta. Bandara-bandara ini akan dilepaskan dengan skema Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU). Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatajan bandara yang paling siap untuk dilepas saat ini adalah Tjilik Riwut di Palangkaraya, Kalimantan Tengah. “Bandara Tjilik Riwut tahun ini bisa (dilepas),” kata Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi ketika ditemui di Hotel Ritz Carlton, Jakarta,
Sembilan bandara lainnya adalah Radin Inten II di Lampung, HAS Hanandjoeddin di Bangka Belitung, F.L Tobing di Sibolga, dan Maimun Saleh di Sabang. Selanjutnya, Bandara Fatmawati di Bengkulu, Sentani di Jayapura, serta bandara di Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Nias.
Namun, Budi belum bisa memastikan kapan sembilan bandara ini siap dilepas. Proses valuasi sembilan bandara tersebut belum rampung. Saat ini Kementerian Keuangan masih menghitung nilai bandara-bandara tersebut. 
(Baca: Kadin Dukung Rencana Pengelolaan Bandara oleh Swasta) Sementara untuk Bandara Tjilik Riwut, proses valuasinya sudah selesai. “Tjilik Riwut itu kira-kira Rp 200-400 miliar. Itu harganya yang relatif tidak besar dan juga tidak kecil,” ujarnya. Saat ini 10 bandara tersebut masih dipegang pengelolaannya oleh Kemenhub, melalui Unit Penyelenggara Bandar Udara (UPBU). Pihak swasta yang berminat mengelola bandara-bandara tersebut bisa mengajukan dan bekerja sama dengan pemerintah. Jika tidak, Pemerintah akan menyerahkan pengelolaannya kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Angkasa Pura I dan PT Angkasa Pura II.  
Pemerintah memang telah berencana melepas pengelolaan bandara-bandara yang selama ini dipegang Kemenhub kepada badan usaha. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan pernah menjelaskan, kebijakan ini diperlukan agar pengelolaan bandara-bandara tersebut tidak lagi membebani  Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Dengan begitu, anggaran negara akan bisa dialokasikan lebih banyak lagi untuk pembangunan infrastruktur bandara baru. Terutama bandara yang dinilai kurang layak secara ekonomi dan tidak diminati swasta. Pelepasan aset ini tidak hanya dilakukan di pelabuhan, infrastruktur lain seperti pelabuhan dan jalan tol juga dilakukan hal yang sama.


Luhut memastikan dengan kebijakan ini bukan berarti pemerintah melepas aset negara sepenuhnya kepada swasta. Dia mencontohkan skema yang telah dilakukan pada jalan tol. Pemerintah memberikan hak konsesi kepada swasta untuk mengelola jalan tol dengan jangka waktu tertentu. Setelah masa konsesinya habis, aset tersebut harus dikembalikan lagi kepada negara. Luhut mengatakann, pemerintah juga mensyaratkan agar investasi seperti itu hendaknya memperhatikan lingkungan serta melibatkan masyarakat lokal. "Misal tahun pertama atau kedua masih sulit, tapi tahun ketiga atau keempat bisa digantikan tenaga kerja kita (lokal) yang sudah dididik," ujar Luhut saat itu.

1. Bandar Udara Internasional Radin Inten II

Hasil gambar untuk karakteristik bandara inten ii bandar lampung

Bandar Udara Internasional Radin Inten II (bahasa InggrisRadin Inten II International Airport), (IATATKGICAOWILL), sebelumnya WICT, adalah bandar udara internasional yang melayani Kota Bandar Lampung di Provinsi LampungIndonesia. Nama bandar udara ini diambil dari nama tokoh yaitu Radin Inten II yang merupakan Kesultanan Lampung terakhir yang juga salah seorang Pahlawan Nasional asal Lampung. Bandar udara ini berlokasi di Jalan Alamsyah Ratu Prawiranegara di Desa Branti RayaKecamatan NatarKabupaten Lampung Selatan berada di barat laut Kota Bandar Lampung.
Bandara ini mengadopsi gaya futuristik dan memiliki gedung parkir berlantai empat di bawah pengelolaan PT. Angkasa Pura II. Pembangunan gedung parkir berkapasitas 800 hingga 1000 kendaraan ini bertujuan untuk mengantisipasi peningakatan arus wisatawan menuju destinasi utama Lampung. Di antaranya arena berselancar Pantai Tanjung Setia, Taman Nasional Way Kambas (ASEAN Heritage Park Way Kambas), habitat alam lumba-lumba Teluk Kiluan, dan pesona bawah laut di Pulau Pahawang.
Bandar Udara Internasional Radin Inten II di Provinsi Lampung merupakan bandar udara umum yang sudah di serah terimakan kepada PT Angkasa Pura II pada 14 Oktober 2019.
Bandara Radin Inten II Bandar Lampung resmi ditetapkan sebagai bandar udara bertaraf internasional. Keputusan Bandara Radin Inten II sebagai bandar udara internasional sesuai keputusan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi.
Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor KP 2044 Tahun 2018 tentang Penetapan Bandar Udara Radin Inten di Kabupaten Lampung Selatan Provinsi Lampung sebagai Bandar Udara Internasional.
Bandar Udara Internasional Radin Inten II

Radin Inten II International Airport
Radin Inten 2 Airport.jpg
·         IATA: TKG
·         ICAO: WILL
·         WMO: 96295
Informasi
Jenis
Publik
Pemilik
Pengelola
Melayani
Lokasi
Ketinggian dpl
282 kaki / 86 m


Sejarah Bandar Udara
Bandar Udara Internasional Radin Inten II Lampung sebelumnya bernama Pelabuhan Udara Branti adalah peninggalan Pemerintahan Jepang yang dibangun pada tahun 1943. Pada Tahun 1946 diserahkan kepada Pemerintahan Republik Indonesia Cq. Detasemen Angkatan Udara / AURI. Dari tahun 1946 s.d 1955 Pelabuhan Udara Branti dikelola oleh Detasemen Angkatan Udara / AURI dan pada saat itu belum ada penerbangan komersial/ reguler.
Pada tahun 1955, pengelolaan Pelabuhan Udara Branti dikelola oleh Djawatan Penerbangan Sipil (DPS) karena pada tahun tersebut Detasemen Angkatan Udara / AURI memiliki pangkalan udara di Menggala Kabupaten Lampung Utara. Pada tahun 1956 Garuda Indonesian Airways merintis membuka jalur penerbangan yang pertama kali dengan rute Jakarta – Tanjung Karang PP, dengan menggunakan pesawat jenis Barron dan pada tahun itu juga penerbangan komersil dimulai dengan frekuensi penerbangan tiga kali/minggu (jenis pesawat Barron diganti Dakota) dengan panjang landasan pacu ± 900 M. Pada tahun 1963 secara resmi Bandar Udara Branti dari AURI diserahterimakan kepada Residen Lampung dan pada tahun 1964 diserahkan pengelolaannya kepada Djawatan Penerbangan Sipil (DPS).
Pada tahun 1975 (Pelita II Tahun I) dimulai pembangunan landasan baru yang terletak disamping/sejajar dengan landasan lama. Pembangunan landasan baru dengan maksud untuk dapat didarati pesawat jenis F -28 dan sejenisnya. Secara bertahap landasan dibangun dan pada saat itu panjangnya mencapai ± 1.850 M. Pada tahun 1976 pembangunan landasan beserta Apron yang baru telah selesai dan diresmikan penggunaannya pada bulan Juni 1976 oleh Direktur Jenderal Perhubungan Udara Bapak Marsma Kardono dengan menggunakan pesawat F - 28 MK 3.000.
Pada tanggal 1 September 1985 istilah Pelabuhan Udara Branti dirubah menjadi Bandar Udara Branti dengan singkatan Bandara Branti, sesuai dengan Telex Sekretaris Jenderal Departemen Perhubungan No. 378/TLX/DEPHUB/VIII/85 Tanggal 22 Agustus 1985.
Sejak tanggal 11 Agustus 1989 PT. GIA tidak melayani jalur penerbangan Jakarta – Tanjung Karang PP dialihkan kepada PT. MNA diterbangi 7 Flight/hari dengan pesawat CN-235, disamping itu juga ada insidentil Flight / Penerbangan Carter. Selain untuk Jakarta – Bandar Lampung PP, dilayani juga rute Palembang – Bandar Lampung PP.
Terminal baru yang selesai dibangun tahun 1995 diresmikan dalam pengoperasian oleh Menteri Perhubungan pada tanggal 22 Mei 1995. Bandara Branti dirubah menjadi Bandar Udara Radin Intan II berdasarkan SK. Menteri Perhubungan No. KM. 10 Tahun 1997, tanggal 10 April 1997 diresmikan oleh Menteri Perhubungan pada tanggal 21 April 1997. Terhitung mulai tanggal 29 April 2004 PT. MNA yang tadinya mengoperasikan pesawat jenis Fokker F28 diganti dengan pesawat berbadan lebar jenis Boeing 737-200 (MZ – 202 / Flight II).
Pada Tahun Anggaran 2004 landasan pacu diperpanjang dari 1.850 M’ x 30 M’ menjadi 2.000 M’ x 30 M’. Maskapai penerbangan Sriwijaya Air mulai membuka jalur penerbangan pada tanggal 3 Mei 2005 dan Adam Air pada tanggal 5 September 2005 dengan jenis pesawat yang sama yaitu Boeing 737 Series 200, sedangkan Riau Airlines pada tanggal 06 Nopember 2006 dengan jenis pesawat Fokker F50.
Pada Tahun Anggaran 2007 landasan pacu diperpanjang dari 2.000 M’ x 30 M’ menjadi 2.250 M’ x 30 M’. Pada Tahun 2008 Maskapai penerbangan Adam Air (1 Maret 2008) dan Riau Airlines (2 Juni 2008) tidak melayani lagi jalur penerbangan ke Bandar Udara Radin Intan II. Maskapai penerbangan Batavia Air mulai membuka jalur penerbangan ke Bandar Udara Radin Intan II pada tanggal 8 Agustus 2008.
Pada awal tahun 2009 Garuda Indonesia kembali membuka jalur penerbangan ke bandara ini dengan pesawat Boeing 737-500. Selanjutnya landasan pacu kembali diperpanjang dan diperlebar dari 2.250 M’ x 30 M’ menjadi 2.500 M’ x 45 M’ sehingga pada tahun yang sama bandara ini bisa dimasuki pesawat Boeing 737-300 dan Boeing 737-400 secara penuh.
Selanjutnya pada 2010-2011 dimulai perluasan apron agar bandara ini dapat dimasuki pesawat Boeing 737-800 dan Boeing 737-900ER secara penuh.Apron Bandara Radin Intan II yang pada saat itu hanya bisa menampung 3 pesawat Boeing 737 klasik,diperluas kapasitasnya untuk menampung 5 pesawat secara bersamaan.Pada saat bersamaan dimulai juga konstruksi taxiway B untuk mempercepat arus keluar-masuk pesawat dari apron nomor 4 dan 5.Pada tahun yang sama pula,Lion Air pun membuka rute penerbangan ke Lampung.
Sejak tahun 2013 dimulailah renovasi tahap pertama dari Bandar Udara Radin Intan II.Renovasi ini dianggap kurang sempurna karena hanya mengubah sedikit saja dari bentuk asli bandara ini. Pada tahun 2014 kembali diadakan perluasan apron sehingga Bandara Radin Intan II dapat menampung 6 pesawat secara bersamaan.
Lalu pada 2015 dilanjutkan lagi dengan konstruksi taxiway C dan perluasan apron,sehingga apron dapat menampung 7 pesawat secara bersamaan. Disaat Menteri Perhubungan Ignasius Jonan melakukan kunjungan kerja ke Lampung,Jonan mengatakan bahwa Bandara Radin Intan II harus dibenahi dan dibongkar total. Pada akhir 2015,maskapai Wings Air kembali membuka rute penerbangan ke Lampung.
Pada tahun 2016,akhirnya dilakukan renovasi besar-besaran di bandara ini (Selengkapnya lihat: Perluasan bandara).Salah satu bagian dari perluasan pada tahun 2016 ini adalah kembali diadakannya perluasan apron dan konstruksi taxiway D,sehingga kapasitas apron meningkat dari 7 pesawat menjadi 8 pesawat,bahkan bisa menampung 10 pesawat dalam kondisi darurat.Selain itu landasan pacu kembali diperpanjan dari 2.500 M’ x 45 M’ menjadi 3.000 M’ x 45 M’ agar dapat dimasuki pesawat berbadan lebar. Ketika perluasan sudah selesai, beberapa maskapai seperti Garuda Indonesia dan Lion Air mulai menambah frekuensi penerbangan ke Lampung.
Pada tahun 2017,maskapai penerbangan Batik Air mulai membuka penerbengan ke Lampung dengan pesawat Airbus A320,di mana ini merupakan debut perdana A320 di bandara ini sejak perluasan pertama pada tahun 2004. [2]
Pada akhir tahun 2018 Bandara ini ditingkatkan menjadi bandara internasional, pemerintah memberi waktu selama 6 bulan sejak diterbitkanya surat resmi peningkatan untuk otoritas bandara mempersiapkan segala keperluan untuk penerbangan internasional seperti imigrasi, bea dan cukai serta penambahan terminal 2 internasional yang akan dibangun tahun ini.
Pada tanggal 8 Maret 2019, Bandara ini diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo menjadi bandara internasional, dengan menandatangani prasasti berbarengan dengan peresmian Bandar Udara Silampari di Lubuk Linggau.
Pada 14 Oktober 2019 Pengelolaan Bandara Radin Inten II oleh AP II diresmikan. Dalam perjanjian kerjasama. Tepatnya antara Ditjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan dan PT Angkasa Pura II (Persero). Perjanjian itu tentang Kerja Sama Pemanfaatan (KSP) Barang Milik Negara pada Bandara Kelas I Radin Inten II Lampung.
 Perluasan Bandara
Pemerintah Provinsi Lampung dan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan (Kemenhub) sejak Juni 2012 telah menandatangani MoU tentang pengembangan dan pembangunan Bandar Udara Internasional Radin Intan II Lampung.
MoU bernomor G/454/III.06/HK/2012 dan HK.201/1/14/DRJU-2012 itu dijadikan dasar kedua belah pihak untuk mengembangkan bandara terbesar di Provinsi Lampung tersebut menjadi bandara bertaraf internasional. Targetnya, rencana pengembangan ini rampung pada Tahun 2017.
Transportasi Darat
·         Taksi
·         Puspa Jaya Taxi
·         Bus Rapid Transit (BRT)

·         Trans Lampung

·         Kereta Api


Untuk mendukung pembangunan Bandara Internasional Radin Intan II sebagai bandara internasional tahun 2019, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) juga akan membangun jalur kereta api (KA) Tanjungkarang – Bandara Internasional Radin Intan II Branti Lampung Selatan guna mengurai kemacetan dan menata moda transportasi lebih baik.[7] Kementerian Perhubungan (Kemenhub) secara intensif akan mengoptimalkan moda transportasi kereta api menjadi pilihan angkutan massal di Bandar Lampung. Mulai dari pembangunan kereta bandara hingga kereta komuter di dalam kota dan antar kota.

Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan, Kementerian Perhubungan akan membangun stasiun KA Bandara dan Skybridge yang mempermudah akses kereta menuju Bandara Radin Inten II.

Pembangunan tersebut ditargetkan akan selesai akhir 2020. Secara biaya, proses pengerjaannya membutuhkan Anggara sekitar Rp 50-100 miliar.

Dalam pembangunan tersebut akan berkolaborasi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah dan PT Kereta Api Indonesia. Saat ini jalur rel kereta dan jaringannya sudah ada, jadi tinggal melakukan penyelesaian tanah serta pengadaan-pengadaan lainnya seperti, gerbong keretanya.

Pembangunan kereta bandara di Lampung sangat dibutuhkan untuk mengurangi kepadatan lalu lintas jalan, terutama di Bandar Lampung. Dengan adanya angkutan massal kereta api, akan dapat memangkas perjalanan dari Bandar Lampung menuju Bandara Radin Inten II.

Data Bandara

terminal penumpang Bandara Radin Inten II saat ini memiliki luas 9 ribu meter persergi. Bandara tersebut juga dilengkapi landasan pacu berdimensi 3.000 x 45 m, dengan luas apron mencapai 59.950 meter persegi untuk mengakomodir 8 parking stand pesawat dan gedung parkir yang mampu menampung 1000 kendaraan.

Saat ini kapasitas terminal Bandara Raden Inten II mencapai 3,7 juta penumpang per tahun dengan pergerakan penumpang sudah di atas 2 juta penumpang per tahun.


Bandar Udara Angkasa Pura I
1. Bandar Udara Internasional Juanda
 Hasil gambar untuk karakteristik bandara juanda
Bandar Udara Internasional Juanda (BUIJ) (bahasa InggrisJuanda International Airport) (IATASUBICAOWARR), adalah bandar udara internasional yang terletak di Kecamatan SedatiKabupaten Sidoarjo, 20 km sebelah selatan Surabaya. Bandara Internasional Juanda dioperasikan oleh PT Angkasa Pura I. Namanya diambil dari Ir. Djuanda Kartawidjaja, Wakil Perdana Menteri (Waperdam) terakhir Indonesia yang telah menyarankan pembangunan bandara ini. Bandara Internasional Juanda adalah bandara tersibuk kedua di Indonesia setelah Bandara Internasional Soekarno-Hatta berdasarkan pergerakan pesawat dan penumpang. Bandara ini melayani rute penerbangan dari dan tujuan Surabaya dan wilayah Gerbangkertosusila.
Bandara ini memiliki panjang landasan 3000 meter dengan luas terminal sebesar 51.500 m², atau sekitar dua kali lipat dibanding terminal lama yang hanya 28.088 m². Bandara baru ini juga dilengkapi dengan fasilitas lahan parkir seluas 28.900 m² yang mampu menampung lebih dari 3.000 kendaraan. Bandara ini diperkirakan mampu menampung 13 juta hingga 16 juta penumpang per tahun dan 120.000 ton kargo/tahun.
Bandar Udara Internasional Juanda

Juanda International Airport
Hasil gambar untuk karakteristik bandara juanda·         IATA: SUB
·         ICAO: WARR
·         WMO: 96935
Informasi
Jenis
Publik
Pemilik
Pengelola
Melayani
Lokasi
Dibuka
·         Struktur pada 1960
·         7 Februari 1964 (Terminal Domestik)
·         24 Desember 1990 (Terminal Internasional)
·         15 November 2006 (Terminal 1, Penerbangan Domestik)
·         14 Februari 2014 (Terminal 2, Penerbangan Domestik dan Internasional)
·         Citilink
·         Garuda Indonesia
·         Lion Air
·         Sriwijaya Air

Sejarah
Rencana untuk membangun satu pangkalan udara baru yang bertaraf internasional sebenarnya sudah digagas sejak berdirinya Biro Penerbangan Angkatan Laut RI pada tahun 1956. Namun demikian, pada akhirnya agenda politik pula yang menjadi faktor penentu realisasi program tersebut. Salah satu agenda politik itu adalah perjuangan pembebasan Irian Barat. Berangkat dari tujuan membantu operasi TNI dalam pembebasan Irian Barat, pemerintah menyetujui pembangunan pangkalan udara baru di sekitar Surabaya. Saat itu terdapat beberapa pilihan lokasi, antara lain: GresikBangil (Pasuruan) dan Sedati (Sidoarjo). Setelah dilakukan survei, akhirnya pilihan jatuh pada Kecamatan Sedati, Sidoarjo. Tempat ini dipilih karena selain dekat dengan Surabaya, areal tersebut memiliki tanah yang sangat luas dan datar, sehingga sangat memungkinkan untuk dibangun pangkalan udara yang besar dan dapat diperluas lagi di kemudian hari.
Proyek pembangunan yang berikutnya disebut sebagai “Proyek Waru” tersebut merupakan proyek pembangunan lapangan terbang pertama sejak Indonesia merdeka. Proyek ini bertujuan menggantikan pangkalan udara yang tersedia di Surabaya adalah landasan udara peninggalan Belanda di Morokrembangan dekat Pelabuhan Tanjung Perak, yang sudah berada di tengah permukiman yang padat dan sulit dikembangkan. Pelaksanaan proyek Waru, melibatkan tiga pihak utama, yaitu: Tim Pengawas Proyek Waru (TPPW) sebagai wakil pemerintah Indonesia, Compagnie d’Ingenieurs et Techniciens (CITE) sebagai konsultan, dan Societe de Construction des Batinolles (Batignolles) sebagai kontraktor. Kedua perusahaan asing terakhir, merupakan perusahaan asal Perancis. Dalam kontrak yang melibatkan tiga pihak tersebut, ditentukan bahwa proyek harus selesai dalam waktu empat tahun (1960-1964).
Untuk membangun pangkalan udara dengan landasan pacu yang besar (panjang 3000 meter dan lebar 45 meter) ini membutuhkan pembebasan lahan yang luas keseluruhannya mencapai sekitar 2400 hektar. Lahan tersebut tidak hanya berbentuk tanah, tetapi juga sawah dan rawa. Selain itu juga dibutuhkan pasir dan batu dalam jumlah yang besar. Pasirnya digali dari Kali Porong dan batunya diambil dari salah satu sisi Bukit Pandaan yang, kemudian diangkut dengan ratusan truk proyek menuju Waru. Jumlah pasir dan batu yang diperlukan sekitar 1.1200.000 meter kubik atau 1.800.000 ton. Konon Jumlah pasir sebanyak itu bisa digunakan untuk memperbaiki jalan Jakarta-Surabaya sepanjang 793 Km dengan lebar 5 m dan kedalaman 30 cm. Sedangkan jarak tempuh seluruh truk proyek, bila digabungkan adalah sekitar 25 juta Km atau 600 kali keliling bumi.
Dengan kegiatan proyek yang berlangsung siang-malam dan dukungan kerjasama dari berbagai pihak (Pemerintah Kota Surabaya, Komando Resor Militer (Korem) Surabaya, Otoritas Pelabuhan dan masyarakat pada umumnya), akhirnya proyek tersebut dapat diselesaikan lebih cepat dari waktu yang ditentukan. Pada tanggal 22 September 1963, berarti tujuh bulan lebih cepat, landasan tersebut sudah siap untuk digunakan. Sehari kemudian satu sortie penerbangan, yang terdiri empat pesawat Fairey Gannet ALRI, di bawah pimpinan Mayor AL (Pnb) Kunto Wibisono melakukan uji coba pendaratan untuk pertama kalinya.
Di tengah proses pembangunan bandara ini, sempat terjadi krisis masalah keuangan. Ketika itu bahkan pihak Batignolles sempat mengancam untuk hengkang. Penanganan masalah ini pun sampai ke Presiden Sukarno. Dan Presiden Sukarno kemudian memberikan mandat kepada Waperdam I Ir. Djuanda untuk mengatasi masalah ini hingga proyek ini selesai. Pada tanggal 15 Oktober 1963, Ir. Djuanda mendarat di landasan ini dengan menumpangi Convair 990 untuk melakukan koordinasi pelaksanaan proyek pembangunan. Tidak lama setelah itu, pada tanggal 7 November 1963 Ir. Djuanda wafat. Karena dianggap sangat berjasa atas selesainya proyek tersebut dan untuk mengenang jasa-jasa dia, maka pangkalan udara baru tersebut diberi nama Pangkalan Udara Angkatan Laut (LANUDAL) Djuanda dan secara resmi dibuka oleh Presiden Sukarno pada tanggal 12 Agustus 1964. Selanjutnya pangkalan udara ini digunakan sebagai pangkalan induk (home base) skuadron pesawat pembom Ilyushin IL-28 dan Fairey Gannet milik Dinas Penerbangan ALRI.
Dalam perkembangannya muncul keinginan maskapai Garuda Indonesia Airways (GIA) untuk mengalihkan operasi pesawatnya (Convair 240, Convair 340 dan Convair 440) dari lapangan terbang Morokrembangan yang kurang memadai ke Djuanda. Namun, karena dalam pembangunannya tidak direncanakan untuk penerbangan sipil, Lanudal Djuanda tidak memiliki fasilitas untuk menampung penerbangan sipil sehingga kemudian otoritas pangkalan saat itu berinisiatif merenovasi gudang bekas Batignolles untuk dijadikan terminal sementara. Dan jadilah Lanudal Djuanda melayani penerbangan sipil yang pengelolaannya sejak 7 Desember 1981 dilakukan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Departemen Perhubungan RI. Pada 1 Januari 1985, pengelolaan bandara komersial ini dialihkan kepada Perum Angkasa Pura I berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 30 tahun 1984. Seiring waktu berjalan, frekuensi penerbangan sipil disana pun bertambah. Hingga akhirnya dibangun terminal khusus untuk melayani penerbangan sipil dan melayani juga penerbangan internasional. Pada 24 Desember 1990, Bandara Juanda ditetapkan sebagai bandara internasional dengan peresmian terminal penerbangan internasional.
Terminal 1
Terminal 1 Bandara Juanda dibuka pada tahun 2006. Terminal ini terletak di sebelah utara landasan pacu. Terminal ini terbagi menjadi terminal 1A dan 1B. Terminal 1A untuk keberangkatan CitilinkBatik AirAirfast Indonesia, dan untuk keberangkatan Umroh. Terminal 1B untuk keberangkatan Lion AirWings AirSriwijaya AirNAM AirKalstarTrigana AirSusi Air, dan Travira Air. Beberapa tahun kemudian, semakin banyak rute penerbangan dari dan ke Surabaya. Baik domestik, maupun internasional. Hal ini membuat terminal ini menjadi overload. Kapasitas sebenarnya hanya 6 juta penumpang/tahun. Namun pada tahun 2013, jumlah penumpang yang berangkat dan datang menjadi 17 juta penumpang/tahun. Akhirnya pemerintah memutuskan membangun terminal 2 yang berada di terminal lama bandara juanda. Terminal lama dibongkar dan dibangun terminal 2.
Terminal 2
Juanda. Terminal lama dibongkar dan dibangun terminal 2. Terminal ini dibangun untuk mengurangi kepadatan penumpang di terminal 1 yang sudah overload. Terminal ini dipakai untuk keberangkatan Domestik Garuda Indonesia, dan Indonesia AirAsia, dan keberangkatan Internasional Garuda IndonesiaIndonesia AirAsiaIndonesia AirAsia XLion AirAirAsiaJetstarSingapore AirlinesSilk AirCathay PacificChina Airlines, dan lain-lain. Setelah tertunda beberapa bulan, terminal ini dijadwalkan beroperasi tanggal 14 Februari 2014. Namun karena abu letusan Gunung Kelud, terminal ini ditunda operasinya hingga beberapa hari. Terminal ini akan menampung 6 juta penumpang/tahun.
Terminal 3
Terminal 3 mulai dibangun sejak awal tahun 2015 [1]. Terminal ini terletak di sebelah timur Terminal 1 Juanda. Terminal ini dibangun demi mengurangi kepadatan penumpang di terminal 1 dan 2 yang sudah overload. Rencananya, terminal ini akan beroperasi pada tahun 2018. Terminal ini memiliki landasan pacu tersendiri, berbeda dengan Terminal 1 dan 2 yang hanya memiliki sebuah landasan pacu. Terminal ini berkonsep Airport City dan dilengkapi pusat perbelanjaan, kereta monorel, dan akses bawah tanah ke terminal 1 dan 2 serta Jalan Tol Waru-Juanda
Transportasi Darat

·         Jalan Raya dan Toll

Bandara Juanda terkoneksi dengan Jalan Tol Waru-Juanda menuju ke Surabaya sepanjang 15 km, yang menghubungkan Juanda dengan sistem jalam toll Surabaya-Gresik, Surabaya-Malang dan Surabaya-Mojokerto.
Bandara ini juga dihubungkan dengan Jalan Raya Waru untuk ke Surabaya dan Jalan Letjen S. Parman ke Sidoarjo.

·         Bus

Bus DAMRI disediakan oleh pemerintah setempat untuk mengantarkan penumpang dengan Terminal Purabaya ke Surabaya yang dimulai sejak bulan November 2006.

·         Taksi

Taksi Primkopal Juanda memberlakukan tarif tetap ke berbagai macam tujuan di kota Surabaya dan daerah sekitarnya termasuk Malang, Blitar, Jember, Tulungagung. Berbeda dengan bandara lainnya di Indonesia. Tiket taksi dapat dibeli di loket yang terletak di pintu keluar bandara.

·         Kereta Monorel

Kereta Monorel akan dibangun dan diresmikan bersamaan dengan terminal 3 dan 4. Panjang relnya sekitar 20 km. Nantinya, akan memiliki 29 halte yang jarak tiap haltenya antara 1,5 km hingga 2 km. Monorel ini juga memiliki 2 gerbong yang berkapasitas 200 orang.

·         Sewa Mobil

Terdapat penyewaan mobil beserta supir dengan harga relatif terjangkau, dan merupakan transportasi alternatif bila ingin berkeliling Surabaya maupun ke kota terdekat seperti Malang. Kios-Kios penyewaan yang telah disertifikasi terdapat di bagian pengambilan bagasi. Berhati-hati bila ditawarkan penyewaan harga miring oleh orang-orang diluar terminal, karena sering terjadi kasus diturunkan ditengah jalan maupun penculikan.

Selain itu terdapat beberapa agen travel dari berbagai penjuru kota jawa timur diantaranya dari kota Surabaya, Malang, Jember, Madiun dan kota lainnya.
2. Bandar Udara Internasional Zainuddin Abdul Madjid

Bandar Udara Internasional Zainuddin Abdul Madjid[1] (bahasa InggrisZainuddin Abdul Madjid International Airport) (IATALOPICAOWADL) sebelumnya juga dikenal dengan Bandar Udara Internasional Lombok, adalah Bandara domestik dan internasional yang berlokasi di Kabupaten Lombok Tengah, provinsi Nusa Tenggara BaratIndonesia. Bandara ini dioperasikan oleh PT Angkasa Pura I.[2][3] dan dibuka pertama kali pada tanggal 1 Oktober 2011 untuk menggantikan fungsi dari Bandara Selaparang Mataram. Terletak persis di jantung pulau "eksotik" Lombok tepatnya di Jalan Tanak Awu. Melayani penerbangan domestik maupun international. Maskapai yang melayani rute domestik antara lain yaitu Garuda Indonesia, Merpati Nusantara, Lion Air, Wings Air, Citilink, Sky Aviation, Trans Nusa Aviation, Indonesia Air Transport (Non Reguler), dan Travira Air (Non Reguler). Rute internasional dilayani oleh Silk Air dan AirAsia.


Pada tanggal 20 Oktober 2011 Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono meresmikan bandara ini.[4] Arsitektur bandara ini memiliki ciri khas rumah adat sasak, namun tentu saja menggunakan bahan-bahan modern baja galvanis.
Bandar Udara Internasional Zainuddin Abdul Madjid

Zainuddin Abdul Madjid International Airport

Lombok International Airport.jpg
·         IATA: LOP
·         ICAO: WADL
·         WMO: 97240
Informasi
Jenis
Publik
Pemilik
Pengelola
Melayani
Lokasi
Dibangun
2006–2011
Ketinggian dpl
319 kaki / 97 m
Sejarah
Bandara Udara Internasional Lombok atau disingkat sebagai BIL, mempunyai beberapa nama yang diusulkan. Pada bulan Januari 2009 hasil jajak pendapat publik yang dilakukan di Lombok menunjukkan bahwa Bandara Internasional Lombok (BIL) dipilih oleh 40,4% responden, Bandara Internasional Sasak (BIS) 20%, Bandara Internasional Rinjani (BIR) 46 16,7%, Bandara Internasional Mandalika (BIM) 10,9%, Bandara Internasional Selaparang (SIA) 8%, Bandara Internasional Pejanggik (PIA) 2,9%, dan Bandara Internasional Arya Banjar Getas (ABGIA) tetapi kini, Bandara Internasional Selaparang sudah tidak lagi berfungsi sebagai bandar udara, oleh karena itu jajak pendapat tidak lagi didapatkan dari Bandara Internasional Selaparang (SIA). Pada tanggal 5 September 2018Bandara Internasional Lombok (BIL) digantikan nama menjadi Bandara Internasional Zainuddin Abdul Madjid (BIZAM)
Lokasi Bandara Internasional Lombok di Tanak AwuKabupaten Lombok Tengahpulau LombokIndonesia. Bandara ini terletak sebelah tenggara Kota Mataram ibu kota provinsi Nusa Tenggara Barat dan ± 8 kilometer selatan dari kota kecil Praya, ibu kota Kabupaten Lombok Tengah.
Bandara ini dibangun di atas lahan seluas 550 hektare yang menelan biaya Rp.625 miliar (US$73.100.000).
Ketika Bandara Internasional Lombok beroperasi, semua jadwal penerbangan yang ada di Bandara Selaparang Lombok dipindahkan ke bandara baru.
Dikarenakan Bandara Selaparang tidak bisa didarati pesawat berbadan lebar maka diharapkan bahwa pelayanan internasional dan domestik akan segera melengkapi rute untuk pesawat berbadan lebar yang tidak bisa mendarat di Mataram.
Tahap – tahap pembangunan
Landasan pacu, taxiway dan apron berada dalam tahap akhir instalasi konstruksi dan fasilitas di kuartal 3 tahun 2010. Terminal dan fasilitas pendukung lainnya dalam tahap akhir penyelesaian pada akhir September 2011. Tanggal pembukaan bandara sudah di jadwalkan dan kemudian ditunda berkali-kali. Dan diumumkan untuk pembukaan resmi pada tanggal 1 Oktober ini sebagian menanggapi kebutuhan mendesak untuk beroperasi sebelum dimulainya penerbangan Haji pada akhir tahun 2011.
Tahap I (2006-2009)
·         Runway: 45m x 2500m
·         Apron: 52.074 m²
·         Taxiway: 2 exit taxiway
·         Terminal: 12.000 m² (Penumpang, VIP, Kargo)
·         Parkir: 17.500 m²
Tahap II (2013-2015)
·         Runway: 45m x 2750m
·         Apron: 63.294 m²
·         Taxiway: 2 exit taxiway
·         Terminal: 16.500 m² (2,4juta penumpang per tahun)
·         Parkir: 29.100 m²
Tahap-III (2028)
·         Runway: 45m x 3600m
·         Apron: 74.514 m²
·         Taxiway: taxiway keluar dari 12, 2 taxiway keluar yang cepat, 1 paralel taxiway
·         Terminal: 28.750 m² (3.25juta penumpang per tahun)
·         Parkir: 29.100 m²



Bandar Udara Angkasa Pura II
1. Bandar Udara Internasional Kualanamu
Hasil gambar untuk karakteristik bandara kuala namu
Bandar Udara Internasional Kualanamu (bahasa InggrisKualanamu International Airport) (IATAKNOICAOWIMM) adalah sebuah Bandar Udara Internasional yang melayani Kota MedanSumatra Utara. Bandara ini terletak di Kabupaten Deli Serdang, 23 km arah timur dari pusat kota Medan.[1] Bandara ini adalah bandara terbesar ketiga di Indonesia (setelah Soekarno–Hatta Jakarta dan yang baru Bandar Udara Internasional Kertajati MajalengkaJawa Barat.[2] Lokasi bandara ini merupakan bekas areal perkebunan PT Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa yang terletak di Beringin, Deli SerdangSumatra Utara. Pembangunan bandara ini merupakan bagian dari MP3EI, untuk menggantikan Bandar Udara Internasional Polonia yang telah berusia lebih dari 85 tahun. Bandara Kualanamu diharapkan dapat menjadi bandara pangkalan transit internasional untuk kawasan Sumatra dan sekitarnya. Bandara ini mulai beroperasi sejak 25 Juli 2013 meskipun ada fasilitas yang belum sepenuhnya selesai dikerjakan.
Bandar Udara Internasional Kualanamu

Kualanamu International Airport
Hasil gambar untuk karakteristik bandara kuala namu
·         IATA: KNO
·         ICAO: WIMM
·         WMO: 96035
Informasi
Jenis
Publik
Pemilik
Pengelola
Melayani
Lokasi
Dibuka
25 Juli 2013
·         Garuda Indonesia
·         Indonesia AirAsia
·         Lion Air
·         Susi Air
·         Wings Air
Ketinggian dpl
7.01 m / 23 kaki

Sejarah

Latar belakang pembangunan

Pemindahan bandara ke Kualanamu telah direncanakan sejak tahun 1992. Dalam kunjungan kerja ke Medan oleh Menteri Perhubungan saat itu, Azwar Anas, berkata bahwa demi keselamatan penerbangan, bandara akan dipindah ke luar kota.
Persiapan pembangunan diawali pada 1 Agustus 1997, namun krisis moneter yang dimulai pada tahun yang sama kemudian memaksa rencana pembangunan ditunda. Sejak saat itu kabar mengenai bandara ini jarang terdengar lagi, hingga kecelakaan pesawat Mandala Airlines terjadi pada 5 September 2005. Kecelakaan ini menewaskan Gubernur Sumatra Utara Tengku Rizal Nurdin dan juga menyebabkan beberapa warga yang tinggal di sekitar wilayah bandara tewas akibat letak bandara yang terlalu dekat dengan permukiman. Hal ini menyebabkan munculnya kembali seruan agar bandara udara di Medan segera dipindahkan ke tempat yang lebih sesuai. Selain itu, kapasitas Polonia yang telah melebihi batasnya juga merupakan salah satu faktor direncanakannya pemindahan bandara.
Rencana pembangunan selama bertahun-tahun terhambat masalah pembebasan lahan. Pada 1 Juli 2006, baru 1.650 hektaree lahan yang telah tidak bermasalah, sementara lahan yang dihuni 71 kepala keluarga lainnya masih sedang dinegosiasikan. Pada 1 November 2006 dilaporkan bahwa Angkasa Pura II telah menyelesaikan seluruh pembebasan lahan.
Perkembangan
Pada 1 November 2011, bandara ini telah 70% selesai dan direncanakan selesai 100% pada tahun akhir 2012 yang termasuk jalan raya nontol, jalur kereta api & jalan raya tol yang akan dibangun setelahnya.[4]
Pada awal tahun 2013, perkembangannya telah mencapai 95%. Pada 10 Januari 2013, bandara ini melakukan percobaan sistem navigasi dan teknis. Bandara ini dibuka pada 25 Juli 2013.[5]
Pada 27 Maret 2014, bandara ini diresmikan operasionalnya oleh Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono bersamaan dengan peresmian pembangunan beberapa bandara di Pulau Sumatra
Fasilitas dan infrastruktur
Tahap I bandara dapat menampung 8,1 juta-penumpang dan 10.000 pergerakan pesawat per tahun,[7] sementara setelah selesainya tahap II bandara ini rencananya akan menampung 25 juta penumpang per tahun.
Luas terminal penumpang yang akan dibangun adalah sekitar 6,5 hektaree dengan fasilitas area komersial seluas 3,5 hektaree & fasilitas kargo seluas 1,3 hektaree. Bandara Internasional Kualanamu memiliki panjang landas pacu 3,75 km yang cocok untuk didarati pesawat sebesar Boeing 777 & mempunyai 8 garbarata. Walaupun fasilitasnya belum terpasang, bandara ini sanggup didarati oleh pesawat penumpang Airbus A380Antonov An-225, dan Boeing 747-8. Bandara ini juga adalah bandara keempat di Indonesia yang bisa didarati Airbus A380 selain SurabayaJakarta, dan Batam.
Transportasi darat

·         Kereta api

Pembangunan Tahap I disertai pula oleh pembangunan jalur kereta api dari Stasiun Araskabu di kecamatan Beringin ke bandara yang berjarak sekitar 450 meter. Stasiun Araskabu sendiri terhubung ke Stasiun Medan dengan jarak 22,96 kilometer. Jarak tempuh dari Medan hingga Kuala Namu berkisar 30-47 menit (kereta menuju bandara diprioritaskan dalam penggunaan rel tunggal Medan-Kualanamu). Stasiun di bandara sudah selesai dan telah dioperasikan sejak 25 Juli 2013. Harga tiket kereta api Kualanamu-Medan PP adalah Rp80.000.00. Frekuensi perjalanan terus ditingkatkan, dari awalnya 13 kali per arah pada awal pengoperasian, meningkat menjadi 17-18 perjalanan, dan mulai Mei 2014, 20 kali per arah. Pada awalnya kereta api yang dipakai adalah KRDE buatan INKA, lalu pada November 2013 kereta baru dari Korea Selatan yang dilengkapi Wi-Fi mulai digunakan menggantikan KRDE INKA. Layanan kereta api ini dioperasikan oleh PT Railink yang merupakan perusahaan patungan PT Angkasa Pura II dan PT Kereta Api Indonesia. Kereta api ini merupakan kereta api bandara pertama di Indonesia.[2]

·         Bus

Bandara ini terhubung melalui angkutan bus dengan kota Medan, Binjai, PematangsiantarKabanjahe, dan Gunung Sitoli.

Operator
Rute
Lokasi
Damri
Plaza Medan Fair
Almasar
Jalan Cemara
ALS
Jalan Ring Road
ALS
Binjai Super Mall
Binjai
Paradep
Jalan Sutomo
Almasar
Kabanjahe
Trans Medan
Jalan Pisang Raya

·         Jalan Raya dan Jalan Tol

Bandara Kualanamu terkoneksi dengan Jalan Tol Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi menuju ke Medan.


Bandara ini juga menghubungkan dengan Jalan Raya Sultan Serdang untuk ke Medan dan Jalan Bakaran Batu ke Deli Serdang.


2. Bandar Udara Internasional Soekarno – Hatta
 Hasil gambar untuk karakteristik bandar udara soekarno hatta
Bandar Udara Internasional Soekarno–Hatta (bahasa InggrisSoekarno–Hatta International Airport) (IATACGKICAOWIII) disingkat SHIA[7] atau Soetta atau Bandar Udara Cengkareng (bahasa InggrisCengkareng Airport) (dengan IATA penunjuk "CGK"), merupakan sebuah bandar udara utama yang melayani penerbangan untuk JakartaIndonesia. Bandar udara ini diberi nama sesuai dengan nama dwitunggal tokoh proklamator kemerdekaan Indonesia, Soekarno dan Mohammad Hatta, yang sekaligus merupakan Presiden dan Wakil Presiden Indonesia pertama. Nama populer dalam masyarakat adalah Bandara Cengkareng oleh karena berdekatan dengan wilayah Cengkareng, Jakarta Barat, meskipun secara geografis berada di Kecamatan BendaKota Tangerang.
Bandara ini mulai beroperasi pada tanggal 1 Mei 1985, menggantikan Bandar Udara Kemayoran (penerbangan domestik) di Jakarta Pusat, dan Halim Perdanakusuma di Jakarta TimurBandar Udara Kemayoran telah ditutup, sementara Bandar Udara Internasional Halim Perdanakusuma masih beroperasi, melayani penerbangan charter dan militer. Terminal 2 dibuka pada tanggal 11 Mei 1992.
Soekarno-Hatta memiliki luas 18 km², memiliki 2 landasan paralel yang dipisahkan oleh 2 taxiway sepanjang 2,4 km. Terdapat dua bangunan terminal utama: Terminal 1 untuk semua penerbangan domestik kecuali penerbangan yang dioperasikan oleh Garuda Indonesia dan Terminal 2 melayani semua penerbangan internasional kecuali penerbangan Garuda.
Terminal 1 adalah terminal pertama yang dibangun, selesai pada tahun 1985. Terletak di sisi selatan bandara, di seberang Terminal 2. Terminal 1 memiliki 3 sub-terminal, masing-masing dilengkapi dengan 25 loket check-in, 5 loket bagasi dan 7 Gerbang. Ini memiliki kapasitas untuk menangani 9 juta penumpang per tahun. Setiap bangunan terminal dibagi menjadi 3 concourse. Terminal 1A, 1B, dan 1C. digunakan (kebanyakan) untuk penerbangan domestik oleh maskapai lokal. Terminal 1A melayani penerbangan oleh Lion Air (Kecuali Sumatra dan Bali), Dan Wings Air. Terminal 1B melayani penerbangan Lion Air (Khusus Sumatra Dan Bali). Sedangkan terminal 1C melayani penerbangan oleh Batik Air Domestik dan Citilink Domestik. Gerbang di Terminal 1 memiliki awalan A, B Dan C. Gerbangnya adalah A1-A7, B1-B7 dan C1-C7. Dalam rencana baru, Terminal 1 akan memiliki kapasitas meningkat menjadi 18 juta penumpang per tahun
Terminal 2D dan 2E digunakan untuk melayani semua penerbangan internasional kecuali Garuda Indonesia. Terminal 2D untuk semua maskapai asing yang dilayani oleh PT Jasa Angkasa Semesta, salah satu kru darat bandara. Terminal 2E dan 2F untuk penerbangan internasional untuk maskapai lokal.
Terminal 3 selesai dibangun pada tanggal 15 April 2009. Terminal 3 ini akan dipergunakan sementara oleh Maskapai penerbangan berbiaya murah. Saat ini ada 2 Maskapai penerbangan yang menggunakan Terminal 3 yaitu Indonesia AirAsia dan Mandala Airlines. Dan direncanakan dapat didarati pesawat model Airbus A380. SHIA melakukan pendaratan perdana pesawat A380 (SQ-232) pada tanggal 4 Mei 2012 walaupun status pendaratan sendiri adalah divert landing. Ketika penyelesaian Terminal 3 telah dibuka,seluruh penerbangan Garuda Indonesia akan berpindah ke Terminal 3 dan maskapai pengguna lama akan kembali tempat semula.
Bandar udara ini dirancang oleh arsitek Prancis Paul Andreu, yang juga merancang Bandar Udara Charles de Gaulle di Paris, Prancis. Salah satu karakteristik besar bandara ini adalah gaya arsitektur lokalnya, dan kebun tropis di antara lounge tempat tunggu.
Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta memiliki 180 gerai lapor-masuk (check-in counter), 42 pengklaiman bagasi, dan 45 gerbang. Setiap sub-terminal (A-F, terminal 1-2) memiliki 25 gerai lapor-masuk, 5 pengklaiman bagasi (8 di 2D-2E) dan 7 gerbang. Terminal 3 memiliki 30 gerai lapor-masuk, 6 pengklaiman bagasi dan 3 gerbang.
PT Angkasa Pura II sedang merencanakan pembangunan terminal baru dengan fitur desain yang modern. Terdapat sebuah rencana besar untuk membangun 5 terminal penumpang + 1 terminal haji dan 4 landasan pacu. Bandar udara ini membebankan pajak sebesar Rp. 150.000 (US$15) untuk setiap penumpang internasional dan Rp. 40.000 (US$4) untuk setiap penumpang domestik.
Bandar Udara Internasional Soekarno–Hatta

Soekarno–Hatta International Airport
Soekarno-Hatta International Airport.png
Soekarno-Hatta Airport aerial view.jpg
·         IATA: CGK
·         ICAO: WIII
·         WMO: 96749
Informasi
Jenis
Publik
Pemilik
Pengelola
Melayani
Lokasi
Dibuka
01 Mei 1985
·         Batik Air
·         Cardig Air
·         Citilink
·         Garuda Indonesia
·         Indonesia AirAsia
·         Lion Air
·         Nam Air
·         Sriwijaya Air
Ketinggian dpl
32 kaki / 10 m

Sejarah
Latar belakang
Antara 19281974Bandar Udara Kemayoran yang ditujukan untuk penerbangan domestik dianggap terlalu dekat dengan basis militer Indonesia, Bandar Udara Halim Perdanakusuma. Penerbangan sipil di area tersebut menjadi sempit, sementara lalu lintas udara meningkat cepat, yang mana mengancam lalu lintas internasional.
Pada awal 1970-an, dengan bantuan USAID, delapan lokasi potensial dianalisis untuk bandar udara internasional baru, yaitu Kemayoran, Malaka, Babakan, Jonggol, Halim, Curug, Tangerang Selatan, dan Tangerang Utara. Akhirnya, Tangerang Utara dipilih dan ditandai juga Jonggol dapat digunakan sebagai bandara alternatif. Sementara itu, pemerintah memulai upgrade terhadap Bandar Udara Halim Perdanakusumah untuk melayani penerbangan domestik.
Antara 1974-1975, sebuah konsorsium konsultan Kanada mencakup Aviation Planning Services Ltd., ACRESS International Ltd., dan Searle Wilbee Rowland (SWR), memenangi tender untuk proyek bandara baru. Pembelajaran dimulai pada 20 Februari 1974 dengan total biaya 1 juta Dolar Kanada. Proyek 1 tahun tersebut disetujui oleh mitra dari Indonesia yang diwakili oleh PT Konavi. Pada akhir Maret 1975, pembelajaran ini menyetujui rencana pembangunan 3 landasan pacu, jalan aspal, 3 bangunan terminal internasional, 3 terminal domestik, dan 1 terminal Haji. Terminal domestik bertingkat 3 dibangun antara 1975-1981 dengan biaya US$465 juta dan sebuah terminal domestik termasuk apron dari 1982-1985 dengan biaya US$126 juta. Sebuah proyek terminal baru, diberi nama Jakarta International Airport Cengkareng (kode: JIA-C), dimulai
Terminal
Bandara yang memiliki tanah seluas 18 km² ini memiliki 2 landasan pacu paralel utama masing-masing sepanjang 3,66 km yang terhubung oleh 2 taxiway silang. Ada 3 bangunan terminal utama yaitu; Terminal 1 (penerbangan domestik saja), Terminal 2 (penerbangan internasional dan penerbangan domestik), dan Terminal 3 Ultimate (Air Asia internasional , Citilink Internasional dan Garuda Indonesia semua rute). Ada juga terminal angkutan untuk kargo domestik dan kargo internasional.
Terminal
Gerai
lapor-masuk
Pengambilan
bagasi
Gerbang
1A
25
5
7
1B
25
5
7
1C
25
5
7
2D
25
8
7
2E
25
8
7
2F
25
5
7
3
244
13
28
Total
394
49
70
Terminal 1
Terminal 1 adalah terminal pertama dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta yang mengoperasikan penerbangan domestik kecuali Garuda Indonesia karena mereka mengoperasikan penerbangan domestik di Terminal 2. Terminal ini selesai pada tanggal:
1 Mei 1985; 34 tahun lalu
dan terletak sebelah selatan bandara, di seberang Terminal 2. Terminal ini memiliki 3 sub-terminal. Setiap sub-terminal memiliki 25 gerai lapor-masuk, 5 pengambilan bagasi, dan 7 gerbang. Gerbang di Terminal 1 memiliki awalan huruf AB, dan C. Gerbangnya adalah A1-A7B1-B7, dan C1-C7. Saat ini Terminal 1 memiliki kapasitas sebesar 9 juta penumpang per tahun dan akan dikembangkan menjadi 18 juta penumpang per tahun.
Terminal 2
Terminal yang selesai pada tanggal
11 Mei 1992; 27 tahun lalu
terletak di sisi utara bandara, berseberangan dengan Terminal 1. Terminal 2 memiliki 3 sub-terminal, masing-masing dilengkapi dengan 25 gerai lapor-masuk, 5 pengambilan bagasi (8 unit di subterminal D dan E), dan 7 gerbang. Gerbang di Terminal 2 memiliki awalan huruf DE, dan F. Gerbangnya adalah D1-D7E1-E7, dan F1-F7. Saat ini Terminal 2 memiliki kapasitas sebesar 9 juta penumpang per tahun dan akan dikembangkan menjadi 19 juta penumpang per tahun.
Pada 28 November 2011, Garuda Indonesia dan Angkasa Pura II membuat nota kesepahaman tentang pengelolaan Terminal 2E dan 2F, yang akan hanya digunakan oleh Garuda Indonesia untuk mengantisipasi ASEAN Open Sky Policy pada tahun 2015. Terminal 2E akan digunakan untuk perjalanan internasional dan Terminal 2F untuk penerbangan domestik. Garuda Indonesia mengatakan bahwa ia akan berbagi menggunakan Terminal Internasional-nya dengan anggota SkyTeam lainnya ketika Garuda Indonesia efektif bergabung pada tahun 2014. Prediksi waktu transfer domestik adalah 30 menit untuk domestik dan tidak lebih dari 45 menit untuk penumpang internasional. Saat ini Sky Team memiliki 12 anggota, tetapi tidak semua dari mereka telah terbang ke Indonesia.
Terminal 3
Tahap pertama dari terminal 3, yang terdiri dari yang pertama dari 2 tahap pengembangan yang direncanakan, dibuka pada tanggal
15 April 2009; 10 tahun lalu.
Terminal ini mengadopsi desain yang berbeda dari terminal 1 dan 2, yaitu dengan menggunakan
konsep eco-friendly dan modern. Terminal 3 ini berada di sebelah timur Terminal 2. Saat ini, Terminal 3 menjadi pangkalan bagi Air AsiaMandala Airlines, dan Lion Air. Dengan kapasitas 4 juta penumpang per tahun, Terminal 3 sekarang memiliki 30 gerai lapor-masuk, 6 pengklaiman bagasi, dan 3 gerbang. Pengembangan Terminal 3 akan dirancang berbentuk 'U' dengan kapasitas total 25 juta penumpang per tahun.
Terminal 3 telah resmi dibuka untuk penerbangan internasional pada tanggal 15 November 2011 ketika Indonesia AirAsia mulai menggunakan Terminal 3, karena itu ini telah menjadi basis baru untuk penerbangan internasional bersama-sama dengan penerbangan AirAsia domestik dan internasional. Transfer antar Terminal akan diminimalkan. Lion Air memulai menggunakan Terminal 3 ini terhitung sejak tanggal 30 Maret 2012, sejumlah rute yang akan dilayani dari Terminal 3 oleh Lion Air yaitu Jakarta menuju DenpasarBimaTambolaka, Maumere, Ende, dan Labuan Bajo. perpindahan sebagian penerbangan tersebut disebabkan adanya permintaan dari penumpang Lion Air. Sementara, PT Angkasa Pura II (Persero) selaku pemilik sarana bandara, akhirnya mengizinkan Lion Air menempati Terminal 3. Pada tanggal 9 Agustus 2016 pukul 00.00 Terminal 3 Ultimate dibuka. Seluruh penerbangan Garuda Indonesia baik Keberangkatan maupun Kedatangan Domestik dipindah operasionalnya dari Terminal 2 ke Terminal 3.
Terminal 3 dilengkapi dengan BHS level 5 untuk mendeteksi bom, sebuah Airport Security System (ASS) yang dapat mengendalikan hingga 600 CCTV untuk mendeteksi wajah-wajah yang tersedia di register keamanan, Intelligence Building Management System (IBMS) yang dapat mengendalikan penggunaan Air dan listrik (ecogreen), sistem air hujan untuk menghasilkan air bersih dari hujan, sistem air daur ulang untuk menghasilkan air toilet dari air toilet bekas, dan kontrol teknologi iluminasi untuk menerangi terminal tergantung pada cuaca di sekitar terminal. Terminal 3 akan bisa melayani 60 pesawat dari 40 pesawat saat ini.
Terminal 4
Rencananya, Terminal 4 akan berada di utara Terminal 3, dan berada sebelah timur-laut Terminal 2 yang masih berada di sebelah utara bandara. Terminal 4 akan dibangun pada tahap ke-4. Terminal ini akan dirancang berbentuk 'H' dan menggunakan desain eco-friendly dan modern, sama seperti desain Terminal 3. Pembangunan Terminal 4 akan dimulai pada tahun 2021 dengan diawali dengan pembebasan lahan di sekitar wilayah utara bandara.
Terminal Kargo
Terminal kargo terletak di sisi timur Terminal 1. Terminal ini digunakan untuk menangani kargo di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, baik kargo domestik maupun kargo internasional. Dalam perencanaannya yang terbaru, Terminal Kargo akan dipindahkan ke sisi barat Terminal 2 dengan kapasitas yang lebih besar dari kapasitas Terminal Kargo yang sekarang ini.
Transportasi Dari dan ke Bandara
·         Bus
Bus DAMRI tersedia menuju ke pusat kota, termasuk ke stasiun kereta Gambir dan terminal lain. Juga tersedia bus untuk pindah terminal, dari terminal 1, 2, 3 termasuk juga terminal keberangkatan/kedatangan internasional. Rute rute yang dilayani oleh Bus dari Bandar Udara International Soekarno-Hatta :

·         Kereta api

Pada Juli 2011, pemerintah telah memberi tugas kepada PT Kereta Api Indonesia untuk membangun kereta api yang menghubungkan Stasiun Manggarai ke Bandara melalui Tangerang dengan biaya Rp2.25 triliun (US$ 250 juta). Jalur sepanjang 7 km akan dibangun untuk menghubungkan stasiun kereta komuter di Tangerang dan bandara selain untuk mempercepat kinerja kereta api. Jalur tunggal yang ada di komuter antara Manggarai dan Batuceper akan diperluas menjadi 2 jalur. Jalur tersebut akan menghubungkan stasiun ManggaraiSudirman BaruDuriBatuceper dan Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Pemerintah juga menawarkan jalur ekspress sepanjang 33 KM antara Stasiun Manggarai dan bandara melalui Angke dan Pluit kepada investor sebagai Public Private Partnership (PPP). Pada Maret 2012, pemerintah memutuskan untuk mempercepat pembangunan kereta api komuter jalur ganda yang diprediksi akan mulai beroperasi pada pertengahan 2013. Sekarang PT KAI sedang mempelajari titik masuk di bandara, ketika kereta akan memasuki bagian belakang bandara melalui gerbang M1 atau berjalan berdampingan dengan koridor Jakarta Outer Ring Road sebelum memasuki bandara. Per 26 Desember 2017, kereta api bandara sudah dioperasikan dari Stasiun BNI City menuju Bandara Soekarno-Hatta dan telah diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada 2 Januari 2018.

·         Taksi

Tersedia banyak taksi, mulai dari Blue Bird Grup (Blue Bird, Pusaka Biru, Pusaka Sentra, Pusaka Nuri, Morante, Silver Bird (VIP), dll), Express Grup (Express, Express VIP), Transcab, Yellow Cab, Celebrity Grup, Mersindo, Golden Taxi, Primajasa ,Putera, dll.
Dikenakan biaya surcharge berkisar antara Rp9.000 - 11.000 untuk setiap taksi yang keluar dari bandara. Perlu diperhatikan bahwa banyak taksi yang beroperasi tidak menggunakan argo melainkan tawar-menawar langsung dengan pengemudinya, pastikan bahwa argo menyala sebelum taksi mulai berjalan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

·         Sewa mobil

Ada banyak pilihan jasa persewaan mobil ketika kita tiba di terminal kedatangan. Beberapa agen jasa sewa mobil di antaranya adalah TRAC, Primajasa RedWhite Star, Hertz, Avis, Cipaganti, dan masih ada banyak agen sewa mobil lainnya.

·         Taksi gelap

Taksi gelap yang dioperasikan perorangan juga banyak ditemui ketika keluar dari terminal kedatangan baik domestik maupun internasional. Taksi gelap ini menawarkan harga yang konon lebih murah dibanding dengan taksi resmi, tetapi tentunya belum tentu lebih murah dan tidaklah dianjurkan karena keselamatan tidak terjamin. Tetapi kebanyakan terdapat taksi gelap yang menawarkan tarif belasan bahkan puluhan kali lipat lebih mahal dibandingkan dengan taksi resmi.

·         Jalan Raya dan Jalan Tol

Bandara Soekarno Hatta terkoneksi dengan Jalan Tol Prof. Dr. Sedyatmo menuju ke Jakarta.
Bandara ini menghubungkan dengan Jalan Raya Soekarno Hatta ke Jakarta dan Jalan Jenderal Sudirman ke Tangerang.

·         Kereta Cepat

Kereta cepat akan terkoneksi dengan Bandara Soekarno Hatta.

·         LRT

Light Rail Transit (LRT) akan terkoneksi dengan Bandara Soekarno Hatta.

·         MRT

Mass Rapid Transit (MRT) akan terkoneksi dengan Bandara Soekarno Hatta.

Opsi perluasan yang ditawarkan

·         Lahan seluas 400 hektaree yang berada di Kecamatan Teluknaga.
·         Lahan seluas 1.200 hektaree yang berada di Kecamatan Pakuhaji.
·         Pulau reklamasi seluas 9.000 hektaree yang sedang dalam proses pembuatan.[18]

Opsi landas pacu 3

Keputusan landas pacu 3 akan diputuskan pada bulan Maret 2014[19].
·         Cross parallel runway: landas pacu 3 dibangun pada jarak beberapa meter di sebelah utara landas pacu 2, tanpa membangun Terminal 4 (T4).
·         Independent runway: landas pacu 3 dibangun pada jarak 1 km di sebelah utara landas pacu 2, serta membangun Terminal 4 (T4).



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KARAKTERISTIK PESAWAT UDARA