Landas pacu adalah
sepetak lahan yang digunakan oleh pesawat
terbang untuk lepas landas atau pendaratan yang dapat
berupa aspal atau rumput. Dalam bahasa Inggris disebut runway. Nama landas pacu
diambil dari arahnya dengan pembulatan ke puluhan terdekat, contoh: 36 untuk
landas pacu yang mengarah ke 360 derajat (utara). Karena sebuah landas pacu
bisa dipakai dua arah, penamaan pun ada dua dengan selisih 18. Contoh: landas
pacu 9/27.
Apabila bandara memiliki
beberapa landas pacu dengan arah sama, akan diidentifikasi dengan penambahan
huruf L, C, dan R untuk Left, Center, dan Right (kiri, tengah, kanan) yang
ditambahkan di akhir. Contoh: landas pacu 2R/20L.
Pada
umumnya landasan pacu memiliki lapisan aspa “hotmix” dengan
identifikasi angka derajat dan arah yang dituliskan dengan huruf, serta garis
garis yang mirip dengan “zebra cross” pada
ujung ujungnya yang semakin berkurang jumlah garisnya bila menuju ke tengah
landasan yang menunjukkan saat saat pesawat harus touch down (roda roda menyentuh landasan saat
mendarat) serta take off (melandas).
Pada landasan-landasan tertentu, ujung ujung landasan yang digunakan untuk tuch
down atau take off digunakan lapisan beton, bukan aspal untuk menghindari
melelehnya aspal pada saat pesawat take off dengan kekuatan mesin penuh,
khususnya pesawat tempur yang menggunakan mekanisme afterburner sehingga
menimbulkan semburan api pada nozzle (saluran buang) mesin pesawat. Aspal yang digunakan
yang terbaik adalah aspal alam, dan yang terbaik diguanakan adalah aspal yang
dihasilkan dari negara Trinidad dan Tobago, jadi tidak menggunakan aspal hasil
olahan minyak bumi, yang mudah mencair/melunak akibat panas matahari, tekanan
dan panas yang ditimbulkan dari semburan gas buang mesin pesawat.
Pada
bagian bawah lapisan aspal digunakan lapisan batu kali bukan batu koral seperti
halnya penggunaan pengaspalan jalan raya. Landasan pacu dibuat dengan perhitungan
teknis tertentu sehinga permukaannya tetap kering sekalipun pada musim hujan
dan mencegah tergenangnya landasan yang mengakibatkan pesawat mengalami
aquaplanning terutama saat mendarat yang sangat membahayakan.
Pada tepi
kanan dan kiri serta ujung ujung landas pacu diberi lampu lampu dan tiang-tiang
navigasi yang digunakan untuk membantu navigasi terlebih lebih pada cuaca buruk
dan penerbangan malam hari.
Landas pacu bandara perintis
memiliki konstruksi yang lebih sederhana dibandingkan bandara bandara komersial
terlebih lebih di kawasan terpencil. Landasan pacu ini dikenal sebagai airstrip. Terkadang hanyalah lajur tanah yang
diperkeras yang diberi lapisan rumput dan untuk mencegah amblasnya tanah ,
digunakan lonjoran lonjoran baja atau alas marston (lapisan plat baja yang
berlubang lubang). Di Indonesia, landasan seperti ini digunakan di daerah
pedalaman Irian Jaya atau Papua. Konstruksi landas pacu seperti ini digunakan
pada masa Perang Dunia II untuk kepentingan militer karena pembuatannya lebih
praktis.
Panjang
landasan pacu bergantung pada suhu, kecepatan dan arah angin serta tekanan
udara di sekitarnya. Di daerah gurun dan di dataran tinggi, umumnya landas pacu
yang digunakan lebih panjang daripada yang umum digunakan di bandara-bandara
bahkan bandara internasional karena tekanan udara yang lebih rendah. Sebagai
contoh landas pacu di kota Doha, Qatar memiliki ukuran panjang sampai lebih
dari 5.000 meter.
Pada landasan
tertentu, dilengkapi kabel penahan pesawat untuk pendaratan (arrester cable) bahkan pelontar pesawat (catapult) terutama untuk landasan pendek dan landasan
pada kapal induk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar